Kenali Kartini Sampai Tuntas!

Kartini adalah perempuan yang terlahir dari kalangan priyayi Jawa pada tanggal 21 April 1879. Ia putri dari Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat dari istri pertamanya, namun bukan yang utama. Artinya ketika menikah dengan ibunda Kartini yakni M.A. Ngasirah ia masih menjabat sebagai seorang wedana di Mayong. Seiring berjalannya waktu R.M. Sosroningrat diangkat menjadi Bupati, namun peraturan kolonial ......

Mengapa Aku Mencintai KAMMI

“Orang bijak berkata... bahwa mencintai itu tak butuh alasan.” Jumat, 24 Juni 2011. Semua barang sudah disiapkan. Dicek untuk terakhir kalinya, kemudian melaju ke kampus Unisba. Daurah Marhalah I. Saat itu, diri ini memang belum mengerti kegiatan seperti apa dan untuk apa DM I itu. Di perjalanan, terlintas peristiwa beberapa tahun silam ketika seorang teman mengajak untuk masuk KAMMI....

KAMMI, PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN

Indonesia, mendengar kata itu terngiang di benak seorang pemuda akan perjuangan dan pengorbanan para pejuang tangguh. Kini saatnya seorang pemuda ambil alih,...

HIBRIDISASI PENDIDIKAN SEBAGAI KATALISATOR PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN

Memasuki abad ke-21 ini, pendidikan nasional Indonesia menghadapi tantangan yang berat yaitu tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan untuk mengembangkan pendidikan...

Menuju DM 1 KAMMI UPI yang Ideal

“Membentuk kader yang mujahadah dalam beraktualisasi dan beramal dengan intelektualitas yang tinggi menuju generasi Robbani”, Itu yang menjadi fokus kerja Tim Kaderisasi KAMMI UPI kedepan.

Minggu, 08 Mei 2011

How Woman's Roles Today?

HOW WOMAN’S ROLES TODAY?
Oleh Salsabila


How woman’s roles today? Bagaimanakah peranan wanita hari ini? apa saja yang dilakukan oleh para perempuan masa kini? Hari ini telah banyak wanita yang berpendidikan dan memainkan peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan, dalam bidang sosial,budaya,politik,hukum,dll. Luar biasa, dengan jumlah yang luar biasa perempuan pun memiliki peranan yang luar biasa.
Tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beriburibu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, karena adanya peranan wanita.
Pada zamannya kita mengenal istilah Emansipasi, sebetulnya apa itu itu Emansipasi? Emansipasi berasal dari bahasa latin "emancipatio" yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua,
sama halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14M. dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hakkaum laki-laki.
Lalu bagaimanakah Islam memandang emansipasi ini? Allah Swt telah berfirman bahwasanya kedudukan wanita dan laki-laki di mata Allah adalah sama yang membedakan adalah ketaqwaannya. Secara, Islam telah banyak memuliakan wanita, dimulai dari hal-hal terkecil, adab berpakaian hingga peranannya dalam berbagai bidang. Pada masa Nabi kaum hawa pernah menuntut agar diberi kesempatan melakukan jihad secara kelompok dan terorganisir sebagaimana mereka juga menuntut agar diberi pahala jihad yg sama dgn kaum lelaki. Salah seorang dari sahabat wanita atas nama segenap kaum wanita pada waktu itu mengadu kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah aku adl delegasi segenap kaum muslimah kepadamu. Jihad telah diwajibkan oleh Allah atas kaum lelaki. Jika mereka menang mereka mendapatkan balasan pahala dan jika mereka terbunuh maka mereka tetap hidup di sisi Allah dan diberi rizki. Lalu apa bagian kami dari itu semua?” Nabi menjawab “Sampaikanlah kepada segenap kaum muslimah yg engkau temui bahwa keta’atan kepada suami dan memenuhi hak-haknya adl sama dgn itu . Tetapi sedikit sekali dari kalian yg melakukannya.” Disana terlihat bahwa fitrahnya wanita memiliki peranannya tersendiri sebagai penanggung jawab dalam urusan rumah tangga.
Lalu Bagaimana peranan kita sebagai mahasiswi? kita mendapat hak untuk belajar, sama dengan kaum pria. Tapi ada yang perlu diingat bahwa wanita memiliki batasan-batasan tertentu dan kita sebagai umat Islam perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Jangan sampai kita sebagai wanita mudah diperalat dengan alasan emansipasi wanita. Dengan mudah mendapat pekerjaan dan mengatas-namakan emansipasi tapi ternyata tengah menodai kehormatan dan kedudukan para wanita. Semua itu intinya adalah untuk menyeret wanita jauh dari nilai-nilai ke-Islaman, menanggalkan busana muslimahnya, menjual kehormatannya. Yang terlihat seperti manis dan terasa indah akan tetapi hakikatnya adalah pahit dan menghancurkan. Dan kini sarana-sarana itu semakin banyak menjerumuskan kaum wanita. Tapi anehnya, mengapa masih banyak yang mengikuti jalur-jalur tersebut?
Lalu bagaiamana kita menanggapi emansipasi wanita yang seperti itu? Apakah teman-teman semua melihat fenomena tersebut? Tidak ada salahnya kita kembali mengintropeksi diri kita kembali, apakah kita ingi menjujung kehormatan kaum wanita yang mulia di sisi Allah Swt? Ataukah ‘kemuliaan’ sementara yang ada di dunia? Semua itu pilihan dan kita dituntut untuk memilih secara bijak. So, kita optimalkan peranan wanita saat ini, yang sesuai dengan syari’at dan tentunya baik untuk dunia dan akhirat. Woman’s today? Be the Best!!^_^

Peran Gerakan Mahasiswa dalam Kancah Lokal Perubahan

PERAN GERAKAN MAHASISWA DALAM KANCAH LOKAL PERUBAHAN
Oleh Yoga Yulianto -UPI Angkatan 2010-




Istilah “mahasiswa” merupakan sebuah kata yang sungguh amat sangat lazim didengar oleh telinga kita. Dalam konteks ke-Indonesiaan, mahasiswa dapat digolongkan ke dalam golongan masyarakat minoritas yang boleh dikatakan memiliki intelektualitas lebih bila dibandingkan dengan golongan masyarakat lainnya. Adalah mahasiswa, golongan masyarakat minoritas yang diharapkan akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini.
Mahasiswa mampu mengkritisi berbagai permasalahan sosial yang ada, memunculkan suatu ide cemerlang, dan pada akhirnya menjelma menjadi garda terdepan dari suatu perubahan. Semua itu dikemas kedalam suatu pergerakan mahasiswa.
Dewasa ini sering kita temui pepatah “think globally, but act locally”, pepatah itu selayaknya dapat menjadi suatu acuan didalam konteks pergerakan mahasiswa. Tak dapat dipungkiri, permasalahan sosial yang kini melanda Indonesia semakin kompleks dari hari ke harinya, tindakan konkrit berupa gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa sudah menjadi suatu urgensi sebagai salah satu tawaran solusi.
“Think globally”, memiliki makna bahwa mahasiswa mampu berpikir global. Fisik dan mental, moral, serta intelektual mereka dipersiapkan untuk mampu memikirkan suatu konsep perubahan skala massif, konsep perubahan yang nantinya akan menjadi solusi alternatif untuk menjawab berbagai tantangan zaman.
“Act locally”, ketika pemikiran mereka sudah melangit untuk bersiap melakukan suatu perubahan besar, namun tindakan konkrit dan tindakan kekinian yang dilakukan adalah membumikan pergerakan yang dimulai dari bawah dan menyentuh kepada akar permasalahan secara langsung.
Sebagai contoh kasus, masalah kemiskinan, pengangguran dan kebodohan di Indonesia sudah bukan menjadi barang baru di negeri ini. Peran aktif mahasiswa dituntut untuk mampu menjawab semua permasalahan ini, karena selain peran akademis yang hanya menjadi salah satu dari tiga konsekuensi logis mahasiswa, maka ada peran lain yang harus dijalani oleh seorang mahasiswa, yaitu peran organisatoris dan peran sosial-politik.
Di dalam ruang lingkup kemahasiswaan, tak dapat dipungkiri antara satu individu dengan individu lainnya memiliki heterogenitas kepribadian. Latar belakang, minat, kemampuan, dan kebutuhan dari masing-masing mahasiswa tentunya memiliki  perbedaan dalam beberapa aspek tersebut. Ini semua bukan suatu hal yang salah, justru perbedaan yang muncul merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT, namun akan menjadi salah ketika mahasiswa bersifat apatis di dalam menyikapi berbagai permasalahan bangsa yang kian hari semakin kompleks.
Bagi rekan-rekan mahasiswa yang memiliki latar belakang dalam bidang musik misalkan, bagaimana bidang musik yang ditekuninya mampu menjawab permasalahan bangsa. Sebagai suatu tawaran solusi, mereka bisa membuat suatu konser amal, menyuarakan kritik mereka melalui musik, menghimpun para pengamen jalanan, dan membuat suatu aransemen musik yang menggugah semangat untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kapasitas kepribadian, baik dalam aspek moral, intelektual, kepekaan sosial, dan juga bagaimana musik yang diaransemen itu mampu untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Ketika seluruh mahasiswa di negeri ini mau dan mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai seorang yang benar-benar mahasiswa, tentunya dengan cara dan bidang yang ditekuninya masing-masing, maka bukan suatu hal yang mustahil akan muncul perubahan ke arah yang lebih baik untuk negeri ini. Perubahan yang dimulai dari kancah lokal, namun Insya Allah pengaruh positif yang muncul tersebut akan mengglobal.

Masa Depan Ikhwanul Muslimin

Masa depan ikhwanul muslimin
Setelah 30 tahun Ikhwanul Muslimun di Mesir, termasuk juga di Jordania dan beberapa Negara Arab dan Afrika Lainnya terlibat politik praktis. Saatnya Ikhwanul Muslimin mengevaluasi secara total dan teliti maslahat dan mudharat yang didapatkan selama 30 tahun belakangan ini. 30 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Sebagai perbandingan, di bawah kepemimpinan Hasan Al-Banna, 20 tahun cukup bagi Ikhwanul Muslimin untuk mengguncang dunia, sehingga sepak terjang mereka di Mesir dan dunia Arab lainnya wabil khusus di Palestina nyaris mengalahkan pasukan Yahudi yang terlatih dan dapat dukungan dunia internasional. Kalaulah tidak karena kospirasi dan pengkhianatan para pemimpin Arab saat itu, sangat besar peluang Ikhwanul Muslimin memenangkan jihad melawan Yahudi pada 1948 itu. 
Sebab itu, musuh Islam sepakat bahwa Hasan Al-banna dan beberapa tokoh Ikhwan lainnya harus dibunuh dan Ikhwanul Muslimin harus diberangus, baik SDM nya maupun asset dan kekayaannya. Maka pada 12 Februari 1949, Al-Banna pun dibunuh sehingga beliau meraih cita-citanya, yakni mati syahid di jalan Allah. Alangkah baiknya jika para petinggi Ikhwan saat ini membuka mata hati dan mata kepala mereka terhadap lembaran putih sejarah mereka, khususnya 20 tahun pertama berdirinya gerakan Ikhwanul Muslimin, agar tidak berkutat pada persoalan kekuasaan internal dan bisa keluar dari conflict interest jangka pendek yang sama sekali bukan ajaran Ikhwanul Muslimin. 
Agar evaluasi maslahat dan mudharat, serta kemajuan dan kemunduran dakwah itu adil dan objektif, maka selayaknya alat ukur dan standar yang dipakai dari pemikiran dan konsep dakwah yang dirumuskan oleh pendidrinya, yakni Hasan Al-Banna itu sendiri, bukan dari persoalan AD dan ART-nya, apalagi hanya karena hidden agenda para elitenya. Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat memberikan jawaban yang pasti dan jujur :
Sudah berapa banyak pribadi Muslim yang memiliki 10 karakter mulia terbentuk? 
Sudah berapa banyak keluarga Muslim yang mumpuni terbentuk? 
Sudah berapa banyak terjadi perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, khususnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya dan sebagainya? 
Sudah berapa pula dilakukan Islamisasi hukum dan peraturan dalam pemerintahan selama musyarokah? 
Sudah berapa banyak persoalan negeri terbebas dari pengaruh dan dominasi asing, khususnya ekonomi, politik, penididikan, hukum, keamanan, militer dan budaya? 
Sudah berapa kuat jalinan dan hubungan antara negeri-negeri Islam dalam merakit kembali kekuatan mengembalikan sistem Khilafah yang hilang sejak 1924? 
Sudah adakah secercah cahaya bahwa umat ini secara keseluruhan siap menjadi sokoguru dunia?
Kalau pertanyaan-pertanya an di atas dapat dijawab dengan positif dan dengan angka yang menggembirakan atau logis, mari kita puji Allah dan ucapkan selamat pada Ikhwanul Muslimin. Namun jika jawabannya negatif, para petinggi Ikhwanul Muslimin perlu segera mengevaluasi diri atas kekeliruan langkah dakwah yang diambil selama 30 tahun belakangan ini. 
Dengan demikian dapat dipahami bahwa para pemimpinnya sedang berada di jalan yang berbeda dengan apa yang digariskan dan dirumuskan Hasan Al-Banna rahimahullah. Saat itulah Allah bukan lagi jadi tujuan. Rasul bukan lagi jadi panutan. Qur’an bukan lagi jadi sumber hukum dan peraturan. Jihad bukan lagi jadi jalan dakwah dan izzatul Islam wal muslimin. Mati syahid bukan lagi jadi cita-cita yang tertinggi. 

Sebab itu tidak heran, jika kualitas Jamaah Ikhwan dan pencapaian perjuangan dakwahnya 30 tahun terakhir sangat jauh berbeda dari Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Hasan Al-Banna selama 20 tahun pertama sampai Beliau syahid 1948. Semoga menjadi pelajaran bagi gerakan dakwah di negeri ini, khususnya bagi yang mengklaim menjadi penganut gerakan Ikhwanul Muslimin. Allahumma aamiin…

KAMMI dan Kerja Sosial

KAMMI dan Kerja Sosial
(Profil Desa Binaan)
            1,5 tahun sudah dijalani Departemen Pengembangan Masyarakat KAMMI UPI atau yang lebih akrab dipanggil Departemen Pengmasy KAMMI UPI mengabdikan “dirinya” di desa binaan yang dimiliki yang terletak di Kecamatan Parongpong, tepatnya di Kampung Mokla.
            Semuanya berawal ketika Bulan Ramadhan 1430 H, Departemen Pengmasy mengadakan acara Bakti Sosial di kampung tersebut. Dari “inisiasi pertama” itulah muncul hubungan yang mulai harmonis dengan masyarakat sekitar, karena tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat bukanlah “pemakan janji-janji palsu”. Mereka makhluk nyata, dan membutuhkan sebuah kontribusi nyata dari orang yang benar-benar peduli terhadap kehidupan mereka.
            Singkat cerita, pembinaan di Kampung Mokla mulai dilaksanakan. Pada tahun pertama, pembinaan difokuskan terhadap pengembangan pendidikan keislaman bagi anak-anak dan pemuda di lingkungan Kampung Mokla dan beberapa program pemberdayaan masyarakat lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlu adanya spesialisasi program yang bisa berdampak nyata, dan di tahun ke dua inilah munculah sebuah ide untuk mengembangkan sebuah pembelajaran tahfidz Al-Qur’an bagi anak-anak sekitar Kampung Mokla. Tak hanya itu, program beasiswa pun diberikan bagi peserta program tahfidz yang bisa memenuhi target yang disyaratkan jika ingin mendapatkan beasiswa tersebut. Bentuk beasiswa berupa pendidikan gratis di sebuah sekolah yang menerapkan sistem “Boarding School” dan pembelajarannya terintegrasi dengan tahfidz Al-Qur’an.
            Itulah sekelumit cerita tentang program desa binaan yang dijalankan oleh Departemen Pengembangan Masyarakat KAMMI UPI. Harapan dan cita-cita besar KAMMI adalah terciptanya generasi muda yang mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya...
Wallahu’alam bishshawab. . .

Seberapa Kaya Umar bin Khattab?

Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasul yang benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan. Namun sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan” kekayaan yang dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.

Ingat perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah sedekah dan infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.

Lantas, bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta, berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan.

Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Namun begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.

Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan, “Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak.” Subhanallah! Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab.

Manusia dan Sejarah

Manusia dan Sejarah

Berapakah luas wilayah ruang dan waktu yang diberikan sejarah kepada setiap manusia, untuk dimaknai, dihidupkan, lalu diabadikan? Apakah manusia, dalam perhitungan sejarah, memaknai dirinya dengan waktu atau biaya? Sejarah, pada mulanya menggunakan deret waktu. Di sini, setiap manusia menjadi setetes air di laut sejarah. Setetes air itu bernama umur. Dan kumpulan tetes-tetes itu disebut sejarah. Kita semua sejarah, dan tak ada yang lepas dari padanya. Air itu selalu mengalir. Sejarah pun begitu. Ia adalah sebuah suasana mengalir yang tak pernah selesai. Ia hanya akan berhenti pada sebuah tempat yang kita sebut Padang Mahsyar. Tapi ke manakah sejarah mengalir? Dan mengapa selalu ada riak dan gelombang? Pernahkah anda menanyakan, siapakah tetes-tetes air yang menjadi riak itu? Riak-riak itu ialah tetes-tetes yang menyatu dalam laut. Dan gelombang ialah manusia-manusia sejarah. Tak semua air menjadi gelombang, sekalipun semuanya punya peluang yang sama menjadi gelombang. Lalu apakah yang membuat tetes-tetes air itu menjadi gelomb g? Jawabannya adalah angin!! Inilah yang menanamkan ‘kehendak’ pada tetes-tetes air itu untuk menjadi gelombang. Ketika ‘sentuhan’ angin itu menguat, gelora kehendak juga akan menciptakan gelombang yang dahsyat. Angin itu adalah iman. Iman, terserah ia diberikan kepada kebenaran atau kebathilan, adalah rahasia di balik semua keajaiban sejarah. Iblis-lah yang menanamkan iman kepada kebathilan dalam diri manusia, hingga ia berkehendak menciptakan dauatul bathil. Dan, rasul-rasul sepanjang sejarah, adalah utusan Allah yang bertugas menanamkan iman kepada kebenaran dalam diri manusia, hingga lahirlah daripadanya daulatul haq. Semua manusia besar yang pernah hadir dalam sejarah, kata Sayyid Quthb, selalu mempunyai kelebihan yang amat menonjol pada kekuatan jiwa. Rahasia ini pula yang kita tangkap dari strategi Rasulullah SAW. ketika beliau ingin melahirkan pemimpin-pemimpin baru bagi manusia. Apa yang paling menonjol pada sahabat-sahabat Rasulullah SAW bukan terutama kecerdasan, sekalipun itu ada, tapi adalah iman. Kata iman dalam pembahasan Al Qur’an, selalu membawa nuansa ‘gerak’ yang amat dalam. Iman adalah landasan abadi di atas mana akal melaju menaiki tangga menuju angkasa. Iman adalah rahasia darimana raga memperoleh kekuatan yang tidak diketahuinya. Kekuatan gerak pribadi bermula ketika iman merasuki jiwa, menggelorai hati, lalu bergemuruh dalam setiap sisi instrumen kepribadian kita. Bila keadaan yang sama merasuk ke dalam jiwa dan hati sebuah masyarakat secara kolektif, engkau niscaya akan menemukan gelombang yang dahsyat dalam sejarah.
Setiap kita, manusia, selalu akan memperoleh tempat dalam sejarah, bila kita mau membentangkan benang merah, yang menjalin gemuruh kehendak dalam jiwa dengan gemuruh gerak ombak dalam laut sejarah. Maka saat-saat ’pasang’ dalam sejarah Islam, kata Syekh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, selalu bergerak sejajar dengan iman. Dan saat-saat ‘surut’, sebaliknya, selalu bergerak sejajar dengan kelemahan iman.Maka dari itu yang sanggup mengusung peradaban memakmurkan bumi ini menjadi lebih baik hanya ada di tangan para pemimpin yang tercerahkan oleh wahyu Tuhan. Kita teramanati sebagai “khalifah” oleh Allah Yang Maha Esa (QS; Al-Baqarah:30). Hakikatnya seorang khalifah bukan hanya seorang “pemimpin”tapi juga sebagai “arsitek” karena dalam hal ini dia juga teramanati untuk “merawat” dan “membangun peradaban”ardhun secara keumuman-keumuman “pembangun”. Dengan kata peradaban di belakangnya berati “pembangun peradaban”.Dan siapa arsitek peradaban itu? adalah kita, Ya kita, MANUSIA. Peradaban adalah hasil budaya manusia pada masa manusia tersebut hidup dan bermasyarakat (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.). Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. (Wikipedia Indonesia) Dalam konteks “arsitek pradaban” bisa dikatakan sadar tidak sadar dan langsung tidak langsung. Yang mana kedepannya sadar akan ‘bersinonim” dengan langsung dan tidak sadar akan “bersinonim dengan tidak langsung. Dan keduanya akan berantonim secara pasangan. Secara sadar atau langsung, dalam posisinya manusia sebagai “kholifah” yang teramanati untuk menjaga ardhun beserta isinya Secara tidak langsung atau tidak sadar, adalah fitrahnya sebagai mahluk sosial, dengan pernikahan misalnya.Karena dalam pernikahan sejatinya ada “peradaban” yang kita bangun disana. Bukan saja menyempurnakan agama dan “penyelamatan” diri atas “syahwat yang negatif”. Ala kuli hal, setiap dari kita adalah “arsitek peradaban”, dan itu tidaklah mudah memang. Membutuhkan kesabaran dan kejuhudan yang diringi dengan ketaqwaan kepada Illahi Rabbi.