Kenali Kartini Sampai Tuntas!

Kartini adalah perempuan yang terlahir dari kalangan priyayi Jawa pada tanggal 21 April 1879. Ia putri dari Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat dari istri pertamanya, namun bukan yang utama. Artinya ketika menikah dengan ibunda Kartini yakni M.A. Ngasirah ia masih menjabat sebagai seorang wedana di Mayong. Seiring berjalannya waktu R.M. Sosroningrat diangkat menjadi Bupati, namun peraturan kolonial ......

Mengapa Aku Mencintai KAMMI

“Orang bijak berkata... bahwa mencintai itu tak butuh alasan.” Jumat, 24 Juni 2011. Semua barang sudah disiapkan. Dicek untuk terakhir kalinya, kemudian melaju ke kampus Unisba. Daurah Marhalah I. Saat itu, diri ini memang belum mengerti kegiatan seperti apa dan untuk apa DM I itu. Di perjalanan, terlintas peristiwa beberapa tahun silam ketika seorang teman mengajak untuk masuk KAMMI....

KAMMI, PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN

Indonesia, mendengar kata itu terngiang di benak seorang pemuda akan perjuangan dan pengorbanan para pejuang tangguh. Kini saatnya seorang pemuda ambil alih,...

HIBRIDISASI PENDIDIKAN SEBAGAI KATALISATOR PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN

Memasuki abad ke-21 ini, pendidikan nasional Indonesia menghadapi tantangan yang berat yaitu tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan untuk mengembangkan pendidikan...

Menuju DM 1 KAMMI UPI yang Ideal

“Membentuk kader yang mujahadah dalam beraktualisasi dan beramal dengan intelektualitas yang tinggi menuju generasi Robbani”, Itu yang menjadi fokus kerja Tim Kaderisasi KAMMI UPI kedepan.

Sabtu, 27 Desember 2014

KAMMI UPI JANGAN MEMBUSUK

Oleh: Fajar Romadhon (Wakil Ketua Dept. Sosmasy PK KAMMI UPI)

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia merupakan organisasi pergerakan mahasiswa yang namanya tercatat dalam panggung sejarah Indonesia. Awal kemunculannya masih banyak menyisahkan keanehan dan menuai banyak pertanyaan di mata publik. Karena dalam tempo yang relatif singkat organisasi ini mampu menghimpun ribuan massa yang solid dan massif. Tidak hanya itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia juga mampu menjadi motor penggerak atas lengsernya rezim Soeharto. Itulah sebuah karya monumental Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia di awal kelahirannya.
Tulisan ini hanya sebagai refleksi penulis saja yang akhir-akhir ini merasakan kegundahan atas keberjalanan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Universitas Pendidikan Indonesia selama dua periode. Mungkin tulisan ini dinilai subjektif, karena hanya datang dari luahan hati penulis yang sedang gundah.
Kita semua mungkin mengetahui bahwa jatah hidupnya seorang muslim adalah masa karya. Karena dengan karyalah seseorang akan terus dikenang, bahkan dikenang sampai melebihi umur kematiannya. Tentunya karya yang lahir dari proses pemikiran, pemahaman dan pencarian makna. Karyalah yang membuat hidup.
Mungkin kutipan ini dapat menguatkan pendapat penulis di atas, bahwa hidup adalah masa karya, yang kemudian kita sebut umur untuk berkarya. Harga hidup kita di mata kebenaran, ditentukan oleh kualitas karya kita. Maka sesungguhnya, waktu yang berhak „diklaim‟ sebagai umur kita adalah sebatas waktu yang kita isi dengan karya dan amal, selain itu, ia bukan milik kita (Anis Matta, Arsitek Peradaban, 2007).
Lantas apa kaitannya prolog diatas dengan judul “KAMMI UPI jangan membusuk”?. Umur organisasi ini tidak ditentukan oleh jatah umur satu orang atau kuantitas massa berkerumunan tak beraturan. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah organisasi kader dan pergerakan, itu karakter dari organisasi ini. Penulis mengamati bahwa selama dua periode di PK KAMMI UPI, karakter khas dari organisasi ini belum terinternalisasi ke setiap
- 10
kadernya, atau bahkan kepada pengurus inti dari pengurus komisariatnya sendiri. Organisasi ini adalah organisasi pengkaderan bukan perekrutan. Organisasi ini adalah organisasi pergerakan bukan organisasi event organizer. Penulis mengamati bahwa KAMMI UPI seperti mengalami disorientasi.
Semarak merekrut kader baru di tahun ini, seperti euforia belaka, karena KAMMI UPI hanya mengikuti wacana publik yang bomming di media. Jadi seakan terbawa oleh arus yang sedang deras mengalir. Setiap komisariat seakan berlomba-lomba untuk merekrut kader sebanyak-banyaknya. Bahkan komisariat yang paling banyak merekrut itulah yang bagus. Merekrut kader (mahasiswa baru) dengan agenda PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) dan “Open House KAMMI UPI” di awal tahun ajaran baru jika tanpa program yang terstruktur, bagi penulis hanya euforia belaka. Bagi penulis, KAMMI UPI harus memiliki sikap yang berbeda dengan komisariat yang lainnya, bahasa sederhananya mampu berkarya menciptakan gelombang baru. Bagusnya komisariat bukan dinilai dari siapa yang paling banyak merekrut mahasiswa baru saat penerimaan mahasiswa baru atau open house, tapi kualitas kader yang dibina. Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan pesan dari Mohammad Natsir dalam bukunya Percakapan Antar Generasi, “Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut.”
Penulis mengamati, bahwa pasca DM1, kader baru seperti tidak ada pembinaan. Jadi seakan DM1 hanya sekedar pengguguran kewajiban dari program kerja kaderisasi saja. Mungkin ini terjadi di beberapa komisariat atau bahkan organisasi ekstra lainnya. Kemudian, apakah PK KAMMI UPI harus mengikuti hal demikian pula?. Karena KAMMI adalah organisasi pengkaderan, maka sudah selayaknya harus membina kader-kadernya. Penulis mengatakan seperti ini, karena pernah menjadi saksi mata atas keberjalanan dari KAMMI UPI selama dua periode. Dari 50 peserta DM1, hanya sekitar 5-7 orang yang berhasil dibina dan dikaryakan. Bahkan penulis sendiri sering ditanya oleh banyak kader yang mengatakan bahwa, “pembinaan (Madrasah KAMMI) kapan dan ada tidak?. Selama ini yang terjadi adalah, kaderisasi hanya mengelompokkan kader baru untuk madrasah KAMMI (MK) di awal dan setelah itu tidak ada monitoring, sehingga pada akhirnya tidak ada pembinaan utuk kader baru.
Masalah lain yang terjadi adalah, bahwa organisasi KAMMI adalah orgnisasi pergerakan. Namun, selama ini belum ada pergerakan signifikan yang dilakukan oleh KAMMI UPI. Departemen-departemen yang ada di kepengurusan PK KAMMI UPI seperti Sosial Masyarakat
- 11
(SOSMASY), Bidang Pemberdayaan Perempuan (BPP), Kajian Strategis (Kajstra) yang seharusnya bisa menciptakan pergerakan, namun sampai saat ini belum terlihat karya signifikannya.
Departemen SOSMASY yang punya bergaining “gerakan KAMMI mengajar” di desa binaan KAMMI UPI belum bisa terimplementasikan dengan baik, karena sumber daya yang kurang. Selain itu, masih kurangnya kesadaran akan pengabdian pada masyarakat. Departemen kajian strategis yang menjadi poros pergerakan, kini mengalami stagnasi. Pergerakan akan muncul berawal dari kajian dan diskusi. Namun, departemen kajian strategsi sekarang seakan kehilangan ruhnya. Kajian dan diskusi yang menjadi ciri khas kader KAMMI seakan pudar perlahan. Departemen BPP punya peranan penting dalam memberdayakan potensi kader-kader perempuan, namun keberadaannya seakan tertutupi oleh hingar bingar program kerja depatremen lain. Tiga departemen ini potensial untuk menciptakan pergerakan di kampus UPI sendiri, jika fungsionarisnya faham akan tugas dan fungsinya. Satu hal lagi yang menjadi masalah bersama KAMMI UPI adalah, roda keorganisasiannya tidak berjalan dengan baik sekan seperti komunitas yang sifatnya temporal dan tak beraturan.
Jika karakter organisasi ini mulai di jauhkan maka tidak lama lagi KAMMI UPI akan membusuk, dan hilang dari peredarannya. Sekali lagi, mungkin tulisan ini hanya subjektif, namun bisa juga dinilai objektif. Tulisan ini hanya datang dari pribadi yang fakir dan sedang mengalami kegundahan hati.
Tulisan ini belum memberikan solusi yang terperinci, insyaallah penulis akan berusaha menuliskan win-win solution-nya. KAMMI UPI janganlah engkau membusuk, engkau hanya perlu bertahan sejenak untuk menunggu pahlawan dari langit yang akan membersamaimu untuk menjadi lokomotif pergerakan mahasiswa. Tulisan ini hanya sebagai pemantik diskusi kader KAMMI UPI ... hehehe Terimakasih.

Sekelumit Gagasan dari seorang fakir untuk KAMMI UPI

Oleh: Fajar Romadhon (Wakil Ketua Dept. Sosmasy PK KAMMI UPI)

KAMMI tidak lagi bisa dianggap sebagai gerakan mahasiswa kelas bawah. Dari awal kelahirannya KAMMI sudah melampaui zamannya, artinya KAMMI sudah mampu berlari meninggalkan gerakan-gerakan mahasiswa yang lahir sebelumnya.
Sejarah reformasi pasca lengsernya Soeharto tak bisa dipisahkan dengan peran KAMMI sebagai salah satu organisasi pergerakan da‟wah di Indonesia. Ketika berbagai pihak seperti bingung mencari solusi atas krisis multidimensi yang melanda Indonesia awal tahun 1997, KAMMI menawarkan solusi reformasi moral dengan terlebih dahulu menggantikan Soeharto dengan pemimpin yang memiliki komitmen moral dan mengutamakan kepentingan masyarakat (Syamsul Hilal, 2003: 80).
Perlu diketahui bersama oleh kader KAMMI, bahwa salah satu yang melatarbelakangi lahirnya KAMMI adalah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional yang melanda Indonesia dan didorong oleh tanggung jawab moral terhadap penderitaan rakyat, serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan kea rah yang lebih baik. Sehingga kesadaran inilah yang men-drive kader KAMMI dalam bergerak menuntaskan perubahan.
Oleh karenanya agar dakwah KAMMI dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya, maka KAMMI menyusun dirinya di atas unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bina al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum, mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain sebagainya.
2. Bina al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.
- 6
3. Bina al-qo’idah al- fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.
4. Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.
Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang, harmonis dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan KAMMI (Sudarsono, 2010: 92-93). Selain itu perlu diketahui pula bahwa KAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal).
KAMMI senantiasa melakukan perbaikan terhadap dirinya agar menjadi organisasi yang ideal, mapan dan mampu memberikan kontribusi lebih terhadap perbaikan bangsa Indonesia. Bagi Alamsyah Saragih (Ketua Komisi Informasi Pusat) menyatakan bahwa KAMMI nampaknya sedang bereksplorasi, karena KAMMI mencoba untuk masuk ke semua lini.
Organisasi yang ideal adalah yang mampu mengembangkan dirinya menjadi suatu lembaga yang tampil dengan segala kemampuan dan kredibilitasnya. Dengan demikian ia dapat memainkan peranan yang signifikan dalam da‟wah di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus memiliki posisi yang strategis dan taktis dalam kaitannya dengan penentuan arah dan kebajikan pemerintahan. Untuk itu, organisasi patut mengembangkan diri dalam hal optimalisasi fungsinya, sebagai berikut (Tim Bidang PSDM: 76):
a. Melayani dan melindungi kebutuhan dan kepentingan umat.
b. Menyebarkan fikroh dan informasi.
c. Membangun opini yang terkait dengan kepentingan da‟wah.
d. Mengembangkan kemampuan SDM da‟wah.
e. Mencetak figur-figur massa untuk kepentingan sosialisasi pesan dan nilai-nilai Islam ke masyarakat luas.
f. Membuka peluang pekerjaan bagi para aktivis da‟wah dan masyarakat sekitar.
- 7
g. Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi pemikiran dan pengaruhnya bagi kepentingan da‟wah.
h. Menjadi rujukan masyarakat dalam bidang kompetensinya.
i. Membangun jaringan kerjasama dengan lembaga lain.
j. Menjadi komponen penekan yang efektif bagi para pengambil kebijakan pemerintahan.
Selain mengoptimalisasi fungsi organisasinya, menurut Rijalul Imam dalam tulisannya yang berjudul “Meretas Politik Peradaban”, bahwa KAMMI juga harus mampu membangun tradisi pada personal kadernya berupa trend gerakan berikut:
a. Trend kader KAMMI berbasis Riset
Kader KAMMI harus membiasakan diri melakukan riset. Kunci pertama riset adalah membaca secara mendalam dan terjun ke lapangan mendalami persoalan hingga tuntas. Kunci kedua adalah merekam jejak riset itu secara tertulis dalam database. Lalu, kunci ketiga adalah interpretasi data secara kritis-objektif dan terkadang intuitif. Di sini membaca, terjun ke lapangan, dan menganalisa harus menjadi budaya kader.
b. Trend kader KAMMI berbasis Kompetensi
Secara personal, kader KAMMI harus bias mempertanggungjawabkan spesialisasinya di public. Kader KAMMI harus dikenal sebagai pakar di bidangnya, sekalipun ia masih kuliah atau sudah alumni. Dan kader KAMMI harus up-date dengan kebijakan pemerintah dan tren global yang terkait dengan bidangnya. Secara organisasional, kader KAMMI harus mengambil inisiatif membangun aliansi dengan masyarakat berbasis kompetensi/ kelompok epistemic dalam rangka mendalami kompetensinya dan menyalurkan bakatnya, bahkan mengadvokasi sesuai kapasitas kepakarannya.
c. Trend kader KAMMI berbasis Enterpreneur
Secara personal, kader KAMMI harus memiliki usaha baik sebagai sumber ma‟isyahnya maupun sebagai pendapatan tambahan. Usaha yang dibangun sebaiknya dijalankan secara team work, mendayagunakan tenaga/ modal orang lain. Hal ini melatih kapasitas kepemimpinan kader, mengasah intuisi, mengelola konflik, dan lain-lain. Hal ini semua diawali dengan membangun mental dan wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur berarti menjadikan diri kader sebagai orang visioner, mandiri, bertanggungjawab, siap
- 8
menghadapi resiko, maupun kerja sama, cepat mengambil peluang, kreatif menciptakan program dan inovatif memberikan solusi.
Dengan paparan diatas diharapkan setiap pembaca memahami alur berfikir penulis. Untuk membentuk basis sosial, basis operasional, basis konseptor, dan basis pengambil kebijakan (ideolog) maka KAMMI UPI harus memperbaiki pola kaderisasinya secara intensif.
Selanjutnya penulis menawarkan sebuah gagasan untuk membangun KAMMI UPI yang SKSD (Solid, Kreatif, Solutif, Dinamis) dan menjadi komisariat percontohan di Bandung. Penulis meyakini bahwa untuk mengoptimalkan fungsi organisasi maka diperlukan soliditas, kreatifitas, dinamisasi, dan ide-ide solutif dari kader-kadernya. Selain itu, penulis sependapat dengan Rijalul Imam bahwa secara personal kader KAMMI pun harus melakukan trend-trend gerakan yang berbasis riset, kompetensi dan entrepreneur, sebagaimana telah dipaparkan diatas. Dan untuk mewujudkan gagasan kecil ini penulis telah menulisakannya dalam 8 point misi diatas yang nantinya akan diejawantahkan dalam bentuk program kerja. Terimakasih
------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, A. (2010). Ijtihad Membangun Basis Gerakan. (Abdurrahim, & S. Kadir, Eds.) Jakarta: Muda Cendekia.
Hilal, S. (2003). Gerakan Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Tarbiatuna
Tim Bidang PSDM. (2003). Mobilitas Kader Da’wah; Arah Kebijakan Da’wah dalam Pemberdayaan SDM. Jakarta: DPP PKS.
Rijalul Imam. (---). Meretas Politik Peradaban. Jurnal Muslim Negarawan.
- 9
------------------------------------------

Format Kaderisasi KAMMI

Format Kaderisasi KAMMI
Oleh Galih Kurniawan
Pengurus Kaderisasi Komisariat KAMMI UPI

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) adalah organisasi kader dan pergerakan. Ia memiliki manhaj yang dijadikan pedoman dalam melakukan kaderisasi. Menurut saya, manhaj yang ada sudah cukup menghadirkan kader yang berkualitas. Bila menginginkan kader yang diinginkan KAMMI maka baca dan praktekannlah manhaj kaderisasi KAMMI. Satu syaratnya yakni istiqomah dalam berkomitmen terhadap manhaj. Oleh karena itu, saya tidak membahas banyak bagaimana format kaderisasi yang ideal bagi kaderisasi KAMMI. Saya mencoba menyampaikan ulang pola kaderisasi KAMMI. Harapan saya, manhaj yang ada tidak hanya dibaca namun difahami dan diaplikasikan.
Ada beberapa hal yang menurut saya KAMMI menjadi organisasi berbasis kader. Hal tersebut adalah manhaj dan perangkat-perangkatnya. Berikut adalah perangkat yang diperlukan untuk membina kader :
a.    Daurah marhalah
b.    Mentoring klasikal
c.    Mantuba
d.   Penugasan
e.    IJDK (Indeks Jati Diri Kader)
f.     Dakwah fardiyah
Ideologi KAMMI, yakni islam yang syumul, akan hilang manakala perangkat tersebut tidak terpenuhi. Sebagai contohnya saat MK tidak jalan maka pembinaan tidak akan berjalan. Demikian pula bila mantuba tidak dipenuhi maka kader tidak memiliki pemahaman dan wawasan yang luas sehingga tidak mencerminkan kader yang diinginkan oleh manhaj.

DM
Adalah pelatihan konsep dasar islam dan pembiasaan beribadah. Hasil akhir yang ingin dicapai oleh KAMMI adalah manusia yang berkepribadian islam. Materi yang disampaikan dalam daurah beragam sesuai dengan tingkatan daurahnya. Akan tetapi untuk daurah marhalah satu, materi yang diberikan adalah syahadatain, syumuliyatul islam, problematika sosial, pemuda dan perubahan sosial, dan ke-KAMMI-an. Ditambah pula dengan materi lokal komisariat masing-masng.
Ada satu masukan dari saya untuk DM, yakni penekanan atau setidaknya penjelasan bahwa materi yang disampaikan adalah bagian integral yang ingin dicapai oleh KAMMI. Materi yang dimaksud adalah syahadatain, syumuliyatul islam, problematika sosial, pemuda dan perubahan sosial, ke-KAMMI-an. Bila materi ini dipahami dan diketahui hubungan antaranya maka peserta daurah adapt memiliki waasan yang bulat tentang kelima materi wajib tersebut.
Saat saya cermati, maka materi yang disampaikan adalah materi pondasi untuk pemahaman yang lebih dalam. Bila materi ini tidak disampaikan dengan baik maka pondasi yang tertanam tidak kokoh.
Dakwah Fardiyah
Dakwah fardiyah adalah dakwah khusus dari satu individu kepada individu lain denan perangkat-perangat tertentu. DF dirasakan lebih efektif untuk menggaet calon kader untuk memasuki KAMMI.
Menu rut saya, budaya malas DF ini menjadi faktor kaderisasi yang turun. Coba bayangkan saja bila terdapat kader KAMMI 50 orang dan mengajak dua orang bersamanya maka jumlah kader KAMMI  sekarang ada 150 orang. Luar biasa.  

Hal mendasar (mentoring klasikal)
“segala-galanya tidak ada dalam tarbiyah, namun dari tarbiyah dimulai segala-galanya.” Kutipan tersebut adalah ucapan Hasan Al-Banna, pendiri dan penggiat dakwah Ikhwanul muslimin. Beliau menyampaikan bahwa perangkat utama dari tarbiyah (pendidikan) adalah liqo. Mengapa? Karena dalam halaqah, sebagian besar kebutuhan manusia sebagai makhluk paripurna dapat terpenuhi.
Kebutuhan manusia akan berpikir maka terpenuhi dalam halaqah, demikian pula kebutuhan akan iman terpenuhi dalam halaqah. Oleh karena itu, halaqah menjadi perangkat utama kelanggengan gerakan ikhwanul muslimin.
Dalam halaqah, terdapat berbagai macam pembelajaran. Bagaimana seorang murabbi dituntut memiliki kualitas iman, akal, dan wawasan yang luas. Murabbi dituntut memahami bagaimana cara menyentuh hati. Untuk mutarobbi, halaqah menjadi taman pemelihara iman. Tempat menyampaikan persoalan dan berasma-sama menyelesaikan permasalahan. Disamping itu, halaqah yang berpola sedikit orang dalam satu lingkaran menjamin penyampaian materi halaqah dan monitoring akhlak yang baik.
Saya ingin menyampaikan bahwa mentoring klasikal memiliki prinsip yang sama dengan halaqah. Pengajian satu objek kajian menjadi lebih nyaman disampaikan sehingga ketercapaian tujuan adapt diupayakan terwujud.
Hari ini, mentoring klasikal belum berjalan dengan baik. sebagaimana yangs aya lihat beberapa waktu terakhir ini. hal ini sangat disayankan mengingat efektivitas dan efisienitas mentorig klasikal.


 Daurah marhalah

 Manhaj tugas baca

  Muslim negarawan
 Mahasiswa muslim
 Mentoring Klasikal

 Baca, tulis, diskusi

 Silaturahmi tokoh
 

 Bila semua perangkat kaderisasi KAMMI berjalan dengan baik maka tujuan kaderisasi akan tercapai pula. 
Khatimah

“Karena pengkaderan merupakan sebuah upaya yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, maka pengkaderan didalam organisasi KAMMI bukanlah sebagai sebuah kewajiban melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Karena pengkaderan merupakan sebuah kebutuhan, maka tanggung jawab untuk menghasilkan kader – kader KAMMI yang memiliki kualifikasi sebagai Muslim Negarawan bukanlah menjadi tugas dan tanggung jawab bidang kaderisasi semata melainkan menjadi tugas bersama dari seluruh elemen organisasi dari tingkat komisariat hingga pusat dan dari level ketua hingga anggota, meskipun dalam pelaksanaanya secara fungsional terdapat dalam bidang kaderisasi.”

Visi Kaderisasi
oleh: Achmad Ali Akbar 
*(Kepala Departemen Kajian Strategi KAMMI UPI 2014)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?   (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.   Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.  Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).”(QS As-Shaff 61: 10-13)
Semua orang berharap untuk mendapatkan kesuksesan (al-falah). Manusia akan hidup dalam dua alam, yaitu dunia dan akhirat. Kemenangan di akhirat dan kmenangan di dunia adalah sesuatau yang tidak bisa dipisahkan, dia bagaikan sisi mata uang yang tidak bermakna jika salah satu sisinya hilang. Bahkan Allah berfirman , “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).(QS. Al-Israa’, 17:72). Kemenangan bukanlah suatu yang tiba-tiba, melainkan sebuah pencapaian yang perlu perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dipengaruhi oleh sejauh mana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan, sedangkan masa depan tanpa perencanaan dan ridho Allah adalah sesuatu yang mustahil untuk sukses. Untuk itu, kita perlu mengkaji bagaimana kita harus mengatur diri kita agar mendapatkan sukses tersebut.
Berpikir strategis (strategic thinking) biasanya dimulai dari tujuan akhir yang kita inginkan (begin with end of mind), orang kemudian menyebutnya dengan istilah:
Think big,
Start small,
Act now,
Yaitu berpikir besar, ulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Hal ini juga sama dengan hadits nabi saw yang mengatakan “amal itu tergantung pada niatnya.” Maksudnya bahwa niat adalah sesuatu yang penting dan diletakkan di awal. Niat adalah gambaran akhir yang ingin kita capai dan dipengaruhi oleh keyakinan seseorang. Nilai-nilai ini ditegaskan hasan Al-Banna dalam ushul ishrin, yag mengatakan bahwa Al Aqidah Asasul Amal, Wal Amal Qalb Ahamu Minal Amal Jahir. Aqidah adalah pondasi amal, dan amalan hati lebih penting dari amalan fisik.
Gagasan KAMMI UPI 2015
Sebuah hadits  terkenal yang diriwayatkan oleh imam Bukhari: Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda tujuh golongan yang dilindungi oleh Allah ta’ala dibawah lindungan-Nya, waktu tiada lagi lindungan selain lindungan-Nya:
1.       Imam yang adil
2.       Pemuda yang dalam masa mudanya beribadah pada Allah.
3.       Orang yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya.
4.       Laki-laki yang tergantung hidupnya di masjid
5.       Orang yang berkasih sayang karena Allah semata-mata
6.       Laki-laki yang dirayu oleh seorang bangsawan cantik, tetapi dia mengatakan (menolak): Sesungguhnya saya takut kepada Allah.
7.       Orang yang bersedekah dan disembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat (diberikan) oleh tangan kanan.
Tujuh kelompok inilah yang kita jadikansebagai model. Dari tujuh kriteria tadi ada pelajaran yang mampu kita dapat dari sebuah perjalanan kehidupan ini.
1.       Keterampilan Kepemimpinan (Leadership Skill): Adil
Pada sebuah kesempatan, Imam Hasan Al-Banna pernah menyerukan, dalam risalahnya, Hal Nahnu Qoumun ‘Amaliyun, sbb;
Kami serukan kepada para putra Islam yang memiliki semangat bahwa seluruh jamaah Islam di masa kini sangat membutuhkan munculnya pribadi aktivis sekaligus pemikir dan anasir produktivitas yang pemberani
Ada empat kriteria yang imam Hasan Al-Banna sebutkan:
a.       Aktivis
b.      Pemikir
c.       Produktif
d.      Pemberani
Imam yang adil adalah ciri seorang yang memiliki keterampilan. Dimanapun kita membutuhkan sebuah keterampilan dalam kepemimpinan sehinga kita dapat memimpin dalam perjalanan menuju akhirat. Dan empat kriteria yang imam Hasan Al-Banna sebutkan diatas merupakan kriterianya.
2.       Pemuda Shalih: Generasi, Regenerasi
Pemuda yang masa mudanya beribadah kepada Allah, adalah ciri seseorang dengan sosok pribadi generasi penerus yang sholih. Kalau kita ingin sukses dan selamat di akhirat maka di dunia kita harus dapat mencetak anak cucu kita, para pemuda shaleh sebagai generasi pengganti kita.harus ada mekanisme regenerasi yang baik. Yaa Allah, ampunilah dosa ayah dan ibu kami, jadikanlah anak-anak kami menjadi orang yang sholih, yaitu orang-orang yang mau mendoakan kami ketika kami sudah terbujur kaku di kubur.
3.       Kekuatan Spiritual
Orang yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya, adalah ciri seseorang yang memiliki ciri kekuatan spiritual yang luar biasa. Kalau kita ingin sukses dan selamat di akhirat, maka di dunia harus mempunyai kekuatan spiritual. Hidup penuh dengan cobaan, jangan sampai kita tidak mampu mengendalikan hawa nafsu diri.
4.       Membangun Institusi Dakwah: Professional
Laki-laki yang tergantung hidupnya dimasjid merupakan seorang yang memiliki kemauan dan kemampuan yang kuat untuk membangun institusi dakwah secara professional, ia adalah orang yang mau dan mampu memanfaatkan serta menggunakan berbagai macam teknologi dalam mengelola  lembaga, sumber daya, asset dan potensi umat. Sehingga kita dapat mengelola produktivitas lembaga, mempunyai kemampuan mempromosikan dan mensyiarkan nilai-nilai islam kepada masyarakat. Gambaran masjid sebagai pusat institusi perubahan, sehingga untuk dapat berfungsi dengan baik diperlukan orang-orang yang professional untuk mengelola dan istiqomah pada lembaga tersebut
5.       Teamwork: Ta’liful Qulb
6.       Kredibilitas Moral
7.       Kekuatan Ekonomi

Leadership skill
Regenerasi
Spiritual
Teamwork
Kredibilitas Moral
Professional
Mandiri