Selasa, 30 April 2013

HIBRIDISASI PENDIDIKAN SEBAGAI KATALISATOR PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN


Sebuah Narasi Yang Meninjau KAMMI Sebagai Organisasi Berbasis Kompetensi
oleh:
Neneng Maryam Jamaliah Nurul Jannah

            Memasuki abad ke-21 ini, pendidikan nasional Indonesia menghadapi tantangan yang berat yaitu tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan untuk mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kehidupan warga serta didukung oleh masyarakatnya. Tantangan yang lebih serius lagi berkaitan dengan rendahnya mutu dan relevansi pendidikan Indonesia seperti telah banyak di laporkan oleh beberapa lembaga riset Internasional. Misalnya, berdasarkan survei The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di hongkong disimpulkan bahwa sistem pendidikan Indonesia berada pada urutan ke-12 di Asia, setelah Vietnam, dengan urutan pertama dan kedua masing-masing diduduki Korea Selatan dan Singapura.
            Hasil survey yang didasarkan pada mutu tenaga kerja ini menunjukan bahwa rendahnya mutu tenaga kerja kita itu berhubungan dengan rendahnya mutu sistem pendidikanya (Depdiknas, 2001). Merosotnya mutu sumber daya manusia termasuk menurunnya nilai-nilai dan orientasi pendidikan telah mengkhawatirkan sebagaian besar pemerhati pendidikan di negara kita ini.
            Sebuah format pendidikan mengarah kepada cita-cita pendidikan nasional sudah menjadi sebuah keharusan untuk di jalankan karena proses pendidikan harus mengarah kepada bagaimana elemen pendidikan dan perangkat-perangkat pendidikan dapat menjalankan sesuai dengan fungsinya yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa. Begitupun gagasan-gagasan cerdas yang bisa dikembangkan oleh kader KAMMI, menjadi hal yang ditunggu-tunggu demi kemajuan pendidikan di Indonesia. KAMMI sebagai salah satu organisasi berbasis kompetensi mengaharapkan kadernya dapat mendalami ruang ilmiah kemudian diinfiltrasikan kedalam bentuk kebijakan publik.
            Saat ini, kurikulum Indonesia yang seringkali mengalami perubahan tanpa fokus terhadap orientasi dasar diselenggarakannya proses pendidikan tersebut seringkali membuat absurd bagaimana kemudian peserta didik itu di berikan treatment, selain itu pendidikan formal saat ini yang diharapkan dapat membantu membentuk karakter peserta didik nyatanya belum memberikan hasil yang signifikan. Hal ini, dalam persfektif penulis diakibatkan karena belum adanya sinergitas peran yang dimainkan dalam oleh berbagai elemen bangsa ini. Kemendikbud yang menjadi tulang punggung pelaksanaan program pendidikan, sepertinya memerlukan sokongan yang mantap dari kementrian agama, sebagai salah satu elemen keagamaan di negeri ini, yang notabene bertanggung jawab penuh juga terhadap kondisi nilai-nilai yang berkembang. Format pendidikan sudah harus di jalankan dengan landasan untuk mengembalikan cita-cita pendidikan nasional. Agar permasalahan pendidikan dapat terselesaikan, tanpa harus menimbulkan sebuah beban bagi anak Indonesia untuk mendapatkan pendikan yang memang sudah selayaknya untuk di tempuh.
            Hibridisasi pendidikan yang dimaksud oleh penulis adalah mengkombinasikan pendidikan formal (sekolah-sekolah negeri) dengan pendidikan nilai melalui kerjasama institusi sekolah dengan asrama-asrama (boarding school) yang sebenarnya sistemnya diadaptasi dari sistem pesantren yang kemudian di modernisasi.
            Dari berbagai data diperoleh mengenai kelebihan pola pendidikan di pesantren, perlu diakui bahwa tidak semua pondok pesantren telah terselenggara dengan baik, sebagaimana hal itu juga terjadi bahwa belum semua lembaga pendidikan formal berjalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin diakui bahwa ternyata pesantren menyimpan kekuatan yang justru tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal.         hal ini yang mendasari pemikiran penulis untuk mengkombinasikan pendidikan formal sekolah dengan pendidikan nilai berbasis model pesantren (boarding school), tentu saja hal ini melibatkan stackholder terkait khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan serta kementrian agama untuk bisa mensukseskan program tersebut.
            Tentu saja hal ini memerlukan pemikiran yang mendalam serta pertimbangan dari berbagai pakar pendidikan, baik dari segi struktur sistem, program serta psikologis pelaksanaan program yang penulis taawarkan tersebut. Namun demikian, penulis dapat memberikan sedikit ilustrasi keberhasilan program tersebut dari data yang diperoleh dari lapangan, selama penulis berkecimpung di salah satu sekolah bertaraf internasional yang diafiliasikan dengan sistem asrama dibawah pemerintahan provinsi Jawa Barat. Dari data didapatkan gambaran bahwa siswa yang mendapatkan pendidikan kombinatorial melalui hibridisasi pendidikan memiliki berbagai keunggulan, baik ditinjau dari kapasitas intelektul, sosial dan spiritual siswa.
           


0 komentar:

Posting Komentar