Aku sangat bersyukur ketika Allah pertemukanku dengan orang-orang yang jiwa sosialnya tinggi, orang-orang yang peduli dengan segudang problematika umat, dan orang-orang yang senantiasa menegakkan panji-panji islam di bumi Allah yang mulia ini, tak ada sekat yang menghalangi kita meski latar belakang (suku) kita berbeda-beda namun ada kesamaan yang membuat kita saling menyayangi, mengasihi, dan saling mengerti yaitu “dinullah” (islam) yang menumbuhkan tali persaudaraan (ukhwuah islamiyah) yang kuat yang takkan putus bagaikan rel kereta api. Tujuan kita pun sama ialah kemenangan islam. Subhanallah
Sekali lagi aku sangat bersyukur bisa mengikuti DM 1 KAMMI yang dilaaksanakan di ponpes Babussallam, kini aku sadar “baik untuk pribadi itu belum cukup”, maka jadilah orang yang peka terhadap permasalahan umat, di DM 1 inilah aku dibentuk menjadi orang yang mau untuk peduli terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi, bukannya “khairunnaas anfa uhum linnas” dan bukan juga Allah lebih menyukai “Muslim yang kuat ketimbang Muslim yang lemah”. Lalu pertanyaannya siapakah yang kan menyelesaikan segudang permasalahan umat? Jawabannnya ialah kita. Sebagai seorang Muslim kita harus peka terhadap situasi sosial yang ada, kita harus membantu rakyat atas hak-haknya dari seorang pemimpin. Semua ini aku dapatkan dari serangkain acara kaderisasi KAMMI yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 April 2013 lalu.
Terakhir, orang bijak berkata,“ketika kau lahir semuanya tersenyum sedangkan engaku menangis, maka jadilah insan yang ketika kita wafat semua orang menagis sedangkan kita tersenyum”. Kata-kata bijak ini tentunya memiliki arti yaitu manusia akan dikenang ataupun tidak tergantung pada hal-hal yang mereka perbuat semasa hidupnya, jika semasa hidup dihiasi dengan kebaikan, baik itu untuk pribadi dan orang lain, maka sudah sunnahtullah semua orang akan merasa kehilangan ketika kita wafat. Jadilah orang yang ibadahnya taat, aksinya kuat, dan prestasinya hebat.
editor: maya kusdiantini