Kenali Kartini Sampai Tuntas!

Kartini adalah perempuan yang terlahir dari kalangan priyayi Jawa pada tanggal 21 April 1879. Ia putri dari Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat dari istri pertamanya, namun bukan yang utama. Artinya ketika menikah dengan ibunda Kartini yakni M.A. Ngasirah ia masih menjabat sebagai seorang wedana di Mayong. Seiring berjalannya waktu R.M. Sosroningrat diangkat menjadi Bupati, namun peraturan kolonial ......

Mengapa Aku Mencintai KAMMI

“Orang bijak berkata... bahwa mencintai itu tak butuh alasan.” Jumat, 24 Juni 2011. Semua barang sudah disiapkan. Dicek untuk terakhir kalinya, kemudian melaju ke kampus Unisba. Daurah Marhalah I. Saat itu, diri ini memang belum mengerti kegiatan seperti apa dan untuk apa DM I itu. Di perjalanan, terlintas peristiwa beberapa tahun silam ketika seorang teman mengajak untuk masuk KAMMI....

KAMMI, PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN

Indonesia, mendengar kata itu terngiang di benak seorang pemuda akan perjuangan dan pengorbanan para pejuang tangguh. Kini saatnya seorang pemuda ambil alih,...

HIBRIDISASI PENDIDIKAN SEBAGAI KATALISATOR PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN

Memasuki abad ke-21 ini, pendidikan nasional Indonesia menghadapi tantangan yang berat yaitu tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan untuk mengembangkan pendidikan...

Menuju DM 1 KAMMI UPI yang Ideal

“Membentuk kader yang mujahadah dalam beraktualisasi dan beramal dengan intelektualitas yang tinggi menuju generasi Robbani”, Itu yang menjadi fokus kerja Tim Kaderisasi KAMMI UPI kedepan.

Rabu, 15 Mei 2013

Faktor eX. Dakwah KAMMI UPI


Oleh: Graha Egi (Kader KAMMI UPI)

"Jika dakwah adalah cinta, maka KAMMI mencintai antum semua karena Allah."
- Egi Nugraha

Dalam manhaj kaderisasinya, sebuah organisasi kemasyarakatan yang benama Kesatuan Aksi Mahasia Muslim Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan nama KAMMI, menasbihkan diri sebagai organisasi kader (Harakatu tajnid) dan pergerakan (Harakatu ‘amal). Semua bentuk aktivitas atau kegiatannya dilaksanakan dengan semangat integralistik untuk mengupayakan lahirnya kader – kader berkualitas yang mampu mewujudkan tujuan organisasi.
Sebagai organisasi kader, KAMMI mendidik dan membentuk invidu dalam organisasinya dengan sangat sistematis dan terencana. Membentuk mereka sebagai orang-orang yang hatinya selalu tertaut dengan dakwah dan amal jama’i (organisasi). Menjadikan mereka orang-orang yang siap memberikan segala kemampuannya untuk berjuang bersama dakwah, dalam upaya menegakkan kalimat tauhid di Indonesia. Setiap kader, menjadi bagian tidak terpisahkan dari proyek perbaikan bangsa dan negara Indonesia, rela menjadi pengawalnya yang setia dan siap siaga dalam melawan kebathilan. Yang ada dalam benak mereka hanyalah nasib rakyat (umat), menjadi prioritas dalam setiap pikiran dan relung hati mereka yang paling dalam.
sebagai organisasi pergerakan (harakatul 'amal), menjadikan kerja sebagai prioritas dalam menunjukkan bukti nyata dari kata-kata yang mereka ucapkan. Dengan bekerja mereka memulai dengan karya yang dapat di persembahkan untuk rakyat dan bangsa ini.
KAMMI komisariat Universitas Pendidikan Indonesia (KAMMI Komsat UPI), merupakan bagian tidak terpisahkan dari struktur organisasi dakwah tauhid kemahasiswaan terbesar di Indonesia. Organisasi yang memiliki semangat integralistik (bersifat menyeluruh) dalam aktivitas dakwah yang mereka jalani. Menjadikan dakwah sebagai napas perjuangan dan amal-amal yang mereka lakukan dalam kehidupan berorganisasi di kampus. Namun, dalam praktiknya, KAMMI komsat UPI tidak memperlihatkan kekuatan dan kerja dakwah yang sebenarnya mampu mereka lakukan, kadernya seakan tidur terlelap dalam gelapnya masa depan organisasi dan kontrol sosial terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kampus. KAMMI komsat UPI seakan-akan membonsai amal-amal yang mereka kerjakan dalam sebuah tempat kecil yang bertuliskan ‘ekstra kampus’.
Dalam kapasitas saya sebagai kader, saya melihat ada beberapa faktor yang menjadikan KAMMI komsat UPI kehilangan taji dan semangatnya sebagai organisasi kader dan pergerakan di kampus ini, faktor-faktor tersebut yaitu:
1.    Logika Ekstra Kampus
KAMMI komsat UPI terjebak dalam frame sebagai organisasi ekstra yang ada di kampus UPI, pikiran pengurus dan kader selalu dihantui oleh bayang-bayang semu sanksi yang akan mereka terima jika organisasi ini melakukan amal-amal kebaikan di kampus. Karena mereka merasa sebagai ‘mahasiswa asing’ yang tidak berhak mengurusi dan turut campur dalam mengawasi kebijakan kampus serta menebar kebaikan di dalamnya.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memang kampus negeri, tapi bukan menjadi alasan bagi organisasi ini menjadi kerdil dan ciut nyali ketika menyuarakan keadilan dan proyek-proyek kebaikan di kampus ini dan menerima begitu saja ketika diperlakukan sebagai ‘mahasiswa asing’ di dalam kampusnya sendiri. Meskipun KAMMI menyatakan dirinya sebagai organisasi masyarakat, tetapi KAMMI memiliki segmentasi yang jelas siapa yang harus berada di dalamnya, yaitu mahasiswa. Dan kita bukan ‘mahasiswa asing’ ataupun organisasi asing di kampus, tapi kita adalah orang-orang yang sangat bersemangat dalam melakukan dakwah tauhid dan menebarkan kebaikan di kampus serta melakukan kontrol sosial dalam mengawasi kebijakan-kebijakan kampus dalam organisasi yang bernama KAMMI komsat UPI.

Organisasi dakwah tauhid dan pergerakan kita, yaitu apa yang kita percaya dan menimbulkan keyakinan dalam diri-pribadi akan memberikan manfaat bagi orang lain, berdasarkan pandangan diri sendiri bukan pandangan orang lain yang menjadikan kita terasing. Jangan jadikan diri kita sebagai ‘mahasiwa asing’ dalam kampus kita sendiri, karena terpasung oleh pikiran kita sendiri.

  2.    Excuse (dalih pembenaran)
“Saya ingin jadi presiden mahasiswa!”
“Saya ingin jadi menteri!”
“Saya ingin jadi ketua himpunan!”
“Saya ingin bermanfaat bagi orang lain!”
Sebagai pengurus dan kader KAMMI komsat UPI kita terlalu sering mencari-cari alasan atas kegagalan kita dalam menancapkan pengaruhnyanya kepada organisasi kemahasiswaan lain dan menjadikan kader-kadernya sebagai pemegang posisi strategis di kampus, seperti jabatan Presiden mahasiswa, Menteri dan Ketua HMJ.
Alasan-alasan yang sering kita kemukakan menjadikan kita dalam situasi kegagalan abadi ‘looserful’ dan enggan berusaha untuk bangkit dan mencapai sebuah kondisi yang berhasil (mission complete). Posisi strategis di kampus menjadikan dakwah tauhid dan proyek-proyek perbaikan yang kita emban menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan, hal inilah yang seharusnya menjadi kekuatan dan dasar semangat kita dalam menyusun strategi dan upaya untuk menempati posisi-posisi tersebut.
KAMMI komsat UPI memiliki kapasitas dan sumber daya yang memadai untuk menjadi organisasi kemahasiswaan yang memiliki pengaruh yang besar di kampus. asal menyingkirkan jauh-jauh kata “excuse” dalam benak dan diri kader-kadernya.
“Realistis saja, jangan muluk-muluk, ambil saja yang ada!”
“Sudahlah, mimpi jangan tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh sakit!”
“Bersyukurlah dengan keadaan KAMMI sekarang, walau lamban, masih lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali!”

“EXCUSE” membuat kita menyerah dengan mudah, membuat kita merasa sah untuk menyerah, membuat kita merasa terhormat ketika terhina, membuat kita merasa wajar untuk gagal.

  3. Eksklusif
Ketidakmampuan dan ketidakmauan KAMMI komsat UPI dalam bermusyarokah dengan organisasi pergerakan mahasiswa yang lain menjadikan kita tepisah dari arus besar organisasi yang ada di kampus. Hal  ini menjadikan proyek-proyek perbaikan dan gagasan pergerakan kita kurang terasa di kampus.

Sikap dan kepedulian kader terhadap kehidupan berorganisasi di kampus, menjadi salah satu faktor yang menjadikan KAMMI terisolasi. Misi dakwah tauhid dan perbaikan yang kita emban menjadi absurd dan semakin menjauh dari cita-cita dan tujuan organisasi.
Merasa nyaman dengan apa yang kita peroleh seolah menjadi dalih pembenaran atas kegagalan kita menjadi pemersatu gerakan-gerakan yang ada dikampus dalam upaya menghimpun kekuatan yang berserakan dimana-mana dalam melakukan kontrol sosial terhadap kebijakan-kebijakan kampus. Eksklusifitas kita, menjadikan kita semakin jauh dari kata ‘persaudaraan gerakan’ yang menjadi kekuatan penekan yang sangat ampuh untuk melakukan kontrol sosial terhadap kebijakan penguasa kampus dalam upaya menciptakan keadilan di kampus UPI tercinta.

  4.    Eksekusi
Sudah habis teori di Gudang!”, Begitulah yang dikatakan oleh Mahfud M.D. Kalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, sudah banyak solusi-solusi yang kita tawarkan untuk menyelesaikan pemasalahan-permasalahan yang terjadi baik itu di kampus maupun di masyarakat. Namun hasilnya nol besar karena tidak ada orang-orang yang mau dan mampu untuk menjalankan solusi-solusi tersebut.
Strategi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi hanya menjadi pemanis syuro-syuro yang kita lakukan. Pemikiran-pemikiran cerdas yang dikeluarkan menjadi kata-kata tanpa makna dan berakhir dalam catatan-catatan notulensi rapat yang telah dilaksanakan dengan tulisan ‘khatimah (penutup)’. Seakan-akan amal kita hanya sampai meluangkan waktu dan pemikiran kita di ruang-ruang rapat dan tempat diskusi dan dikahiri dengan kalimat kata ‘selesai’. Menghilangkan kewajiban kita untuk menjadi pelaksananya yang paling utama, pengwalnya yang paling setia dan pengawasnya yang paling bijaksana.
“Kita akan tahu dan bisa mengevaluasi amal-amal yang kita kerjakan, ketika kita melaksanakan dan menjadi pelaku utama dari setiap keputusan-keputusan yang kita ambil dari syuro-syuro yang telah kita kerjakan.”
Kesesuaian antara kata dan perbuatan menjadi sesuatu yang sakral dan pantang untuk kita ingkari. Karena intergritas diri-pribadi dan organisasi menjadi bukti akan ideologi yang kita miliki.
KAMMI komsat UPI merupakan bagian tak terpisahkan dari arus besar gerakan dakwah tauhid dan perbaikan masyarakat, yang menjadi misi luhur para kader-kadernya. Menjadi pengusungnya yang utama dan prajuritnya yang paling setia.
Dalam gerakannya di kampus, KAMMI komsat UPI harus memiliki keberanian untuk memperlihatkan identitasnya sebagai organisasi kemahasiswaan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kontrol sosial terhadap kebijakan kampus. Menjadi diri-pribadinya sendiri, bukan apa yang dikatakan oleh orang lain terhadap organisasi ini (ekstra kampus).
“NO EXCUSE” dalam menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam perjalanan dakwah dan organisasinya. Dan meniupkan ruh optimisme dalam membangun organisasi kebangkitan yang senantiasa memiliki kepercayaan penuh terhadap janji tuhan-Nya, tidak peduli siapa dan berapa orang kader yang dimiliki, selama tujuan utamanya adalah dakwah tauhid, Allah akan selalu meneguhkan para pengusungnya. Allah meridhai mereka dan mereka pun meridhai-Nya.
KAMMI komsat UPI harus bisa menjadi pemimpin gerakan-gerakan kemahasiswaan yang ada di UPI, baik itu yang intra maupun ekstra kampus. Memiliki jaringan yang luas di kalangan civitas akademika kampus dari kalangan elit sampai rakyat alit (mahasiswa). Menjadi pemersatu gerakan-gerakan yang ada.
Kesesuaian antara kata dan perbuatan menjadi sesuatu yang sakral dan pantang untuk kita ingkari. Karena intergritas diri-pribadi dan organisasi menjadi bukti akan ideologi yang kita miliki.
Bangkitlah komsatku harapan itu masih ada!

Sabtu, 11 Mei 2013

Pemuda PEMBANGUN Peradaban

Oleh: Maya Kusdiantini (Staf Humas KAMMI UPI)

sumber gambar: algheraze.blogspot
                 Jika membayangkan kata peradaban lantas apa yang tersirat dibenak kita?.  Berbicara peradaban maka kita mulai berbicara SDM (Sumber Daya Manusia). Untuk membangun sebuah peradaban yang madani tentu dibutuhkan kualitas SDM yang baik maka SDM yang baik tentu tak lepas dari hasil produksi Pendidikan. Bagi mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan tentu sudah tidak asing lagi dengan kata ini dan sudah lebih memahami makna dan tujuan pendidikan itu sendiri. Sekilas saya bahas salah satu pengertian Pendidikan. “Pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. (UU RI No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1) . Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan dengan pendidikan seorang manusia mempunyai potensi besar untuk memiliki kualitas terdidik sehingga bisa menjadi manusia yang berguna. Jika manusia memiliki kualitas terdidik seperti kriteria yang disebutkan dalam Undang-undang maka Negara tentunya akan memiliki SDM yang berkualitas dan negeri ini bukan lagi menjadi Negara berkembang namun menjadi Negara maju. Pertanyaannya, apakah memang sudah terealisasikan hal tersebut? Dengan melihat berbagai fakta krisis pendidikan di negeri ini? Ambilah, Salah satu contoh kasus yang hangat saat ini adalah carut marut UN dan pergantian kurikulum 2013. Pihak pro dan kontra dari kalangan birokrat, guru, mahasiswa, warga terus memperdebatkan hal ini namun seperti kasus-kasus sebelumnya yang melebur dan tidak pernah usai layaknya cuplikan film yang bertuliskan to be continue namun sayang belum selesai satu episode malah dimunculkan episode baru.  Masih adakah masalah pendidikan selain itu? Coba jawablah dengan hati dan pikiran anda.
               
                Sudah terbayangkah masalah-masalah itu? Lantas apa yang bisa kita perbuat setelah kita melihat fakta-fakta “kemiskinan pendidikan” di tanah air yang kita pijakan ini?. Ingatkah dulu ketika MOKA, kita dikenalkan dengan 3 peranan mahasiswa yaitu social control, iron stock dan agent of change maka sudah sepantasnya kita menyadari fitrah kita sebagai mahasiswa. Tidakkah terketuk hati kita ketika saudara-saudara kita diluar sana kehilangan hak nya untuk mengenyam pendidikan ataukah kita tega melihat anak-anak kita kelak terpuruk dalam pendidikan yang sudah tidak sehat bilamana mahasiswa saat ini hanya diam, tidak peduli dengan fenomena degradasi kualitas SDM pendidik di Indonesia. Mari maksimalkan peranan kita. Tidak cukup dengan kita hadir full time dalam setiap agenda kuliah, namun perlunya sejak saat ini kita mengasah hati dan pikiran kita atas permasalahan pendidikan yang terjadi hari ini. Bukankah fungsi kita adalah untuk menyelesaikan masalah rakyat? Bukan sekedar mengejar nilai, gelar, karir dan kedudukan. Sebagai calon pendidik maka sensitifitas terhadap permasalahan pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan yang melekat dalam jiwa kita. Dan bukankah manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain?. Jangan sampai kita  menjadi bungkus snack kosong yang telah diproses dengan teknologi canggih namun tetap berakhir di tempat pembuangan sampah.
                
         Siapakah yang menculik Soekarno ke rengasdengklok dan memaksanya untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan? Siapakah yang menggulingkan tirani Soeharto pada era orde baru?. Jawabannya Mahasiswa. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang terkenal dengan kekritisan, kreatif, dan solutif. Maka peradaban ada di tangan mahasiswa dengan sikap kekritisannya terhadap berbagai permasalahan hingga memunculkan tekad untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tindakan. Maka dengan visi yang sama yaitu membangun peradaban madani, mahasiswa mampu menjadi pembangun peradaban. Apalagi dengan status sebagai pendidik maka kita memiliki peranan yang cukup besar untuk mencetak SDM berkualitas yang mampu untuk menyulap negeri ini menjadi sepenggal firdaus hingga lahir SDM dari negeri yang siap berekspansi ke negeri lain untuk mewujudkan cita-cita membangun peradaban yang madani. Mari kita mulai hari ini dengan langkah paraktis. Mulailah dari membangun kekritisan terhadap isu-isu pendidikan di negeri ini minimal isu pendidikan di kampus sendiri, lalu munculkanlah budaya diskusi dalam forum kajian isu, bersama merumuskan solusi dan mulailah bersama bergerak dengan arah dan landasan yang benar dan terbaik. Selalu yakin bahwa setiap proses akan baik bila niat lurus dan setiap hasil akan baik manakala kita berdoa dan yakin kepada sang Pencipta. 

Siapa yang bisa menguatkan hati mereka (rakyat) dan membela hak mereka jika bukan kita (kaum intelektual). Ketika tidak ada lagi yang menyuarakan kepedihan rakyat kepada pemimpin di sana, maka berarti sudah tidak ada lagi pemuda.

Setiap muslim bersaudara dan dimanapun tempat mereka berada maka disana tanah air kita dan sudah sepantasnya kita membela mereka dimanapun mereka berada.

Anak-anak yang kelak kita lahirkan
Anak-anak yang kelak menjadi keturunan kita
Merekalah generasi masa depan
Maka mampukah kita melihat mereka dalam keterpurukan
Karena kelalaian kita dalam membenahi negeri hari ini
Generasi masa depan tergantung pada generasi sekarang
Bila kita mengecap pahitnya hari ini maka jangan biarkan pahit ini dikecap oleh anak-anak kita
Menyelamatkan anak-anak kita adalah Menyelamatkan generasi Masa Depan
Menyelamatkan generasi masa depan dimulai dari mengoptimalkan peranan kita sebagai mahasiswa
Kembali kepada fitrah mahasiswa yaitu kaum intelektual yang berkarakter, selalu bergerak dan berdedikasi untuk agama dan negeri ini

-maya kusdiantini-

Pendidikan dan Perempuan

Kotretan Beranda Akhwat PK KAMMI UPI
Oleh: Arum Wulandari
Dihadiri oleh 13 orang akhwat

sumber: menarailmuku.blogspot.com

Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Kenapa tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional? Karena itu Salah satu penghargaan kepada tokoh Ki hajar dewantara yang dianggap memberikan kontribusi banyak terhadap pendidikan.
Tigak tokoh yang berpengaruh pada pembentukan sekolah Taman Siswo  yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara:
1.        Rabindranath Tagore dari India “Shanti Niketan”,
2.       Maria Montessori  “Casa dei Bambini”, dan
3.       Rudolf Steiner "Antrophosophy Society".

Corak kebatinan dan theosofi, ada 3 sistem among yang digunakan:
1.        Mengabdi pada prikemanusiaan
2.       Membangun kepribadian sesuai kodrat alam
3.       Membangun kemerdekaan

Selintas tentang Ibnu Kholdun
Ibn Khaldun merupakan pemikir dari dunia Arab, di saat dunia Arab mengalami kemandegan. Ibn Khaldun yang bernama lengkap Abu Zaid Abd-Ar-Rahman Ibn Khaldun, seorang sajarawan besar Islam pada abad pertengahan. Ibn Khaldun dilahirkan pada 27 Mei 1332 (1 Ramadhan 732 H) di Tunis.
Ada 3 konsep yang dimiliki dan menjadi kekhasan:
1.        Peningkatan pemikiran
2.       Kemanpaatan masyarakatan
3.       Kerohanian
Pendidikan Islam:
1.        Tarbiyyah “Pemeliharaan / asuhan”
2.       Ta’lim “Pengajaran”
3.       Ta’dhih “Pembinaan budi pekerti”

Wahabi: salah satu pembaharu islam di arab yang paling menentang bid’ah.
Sebuah pemikiran itu bisa dikalahkan jika
Sejarah itu bukan lagi masa lampau, tapi perjalan hidup yang terus bersambung dan bagaimana kini membuat catatan2 sejarah kedepan yang lebih visioner.
Sejarah itu perdebatan ideologi, yang lalu menjadi potret saja sekarang saatnya kita membuat sejrah baru dengan bekal intelektual hasil belajar dari potret2 lama.
Kenapa kita harus Belajar sejarah dan memperalam ilmu? Karena kedepan kita yang akan memegang dan menggantikan para pelaku sejarah kedepan.
Kebanyakan sekarang itu banyak Politik-politik kepentingan berbau tidak intelek. Maka dari itu akhwat punya kewajiban untuk:
1.        Kita harus punya visi yang besar
2.       Kita harus punya prodak
3.       Menambah kapasitas
4.      Membuat jaringan sebanyak2nya.
5.       Komitmen

Sikap AKHWAT KAMMI UPI tehadap kondisi pendidikan saat ini:
1.        Menolak kurikulum 2013
2.       Pemerintah harus membuat grand design pendidikan minimal 15 tahun
3.       Pengambilan berbagai macam kebijakan harus berdasarkan riset
4.      Menolak UN

Minggu, 05 Mei 2013

Aku dan KAMMI, akhirnya...

Karya: Rizka Rudiansyah (Kader KAMMI UPI)

Sulit untuk dilupakan olehku satu masa yang menjadi titik awal gejolak perubahan positif dalam diri ini. Perubahan-perubahan inilah yang sebenarnya aku nanti selama ini, perubahan ini juga merupakan semua jawaban atas berbagai masalah yang terjadi disekelilingku, mungkin juga jawaban atas permasalahanku selama ini. Masa itu ialah ketika aku mengikuti DM 1 KAMMI yang di laksanakan oleh ITB dan STKS. Sejujurnya ku katakan hari itu menjadi hari yang berat untukku pergi mengikuti DM 1 karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kesehatanku yang sedang Allah uji dan belum lagi ada segelintir orang yang mempunyai asumsi yang kurang baik dengan organisai ekstra ini (KAMMI), tapi Allah yang Maha bijaksana nan Maha baik lah yang pada hakikinya membawaku ke sebuah tempat dimana banyak orang-orang yang hanif yang siap menempa diri ini dengan hal-hal yang bersifat konstruktif meski segudang masalah menghalang-halanginya.

Aku sangat bersyukur ketika Allah pertemukanku dengan orang-orang yang jiwa sosialnya tinggi, orang-orang yang peduli dengan segudang problematika umat, dan orang-orang yang senantiasa menegakkan panji-panji islam di bumi Allah yang mulia ini, tak ada sekat yang menghalangi kita meski latar belakang (suku) kita berbeda-beda namun ada kesamaan yang membuat kita saling menyayangi, mengasihi, dan saling mengerti yaitu “dinullah” (islam) yang menumbuhkan tali persaudaraan (ukhwuah islamiyah) yang kuat yang takkan putus bagaikan rel kereta api. Tujuan kita pun sama ialah kemenangan islam. Subhanallah

Sekali lagi aku sangat bersyukur bisa mengikuti DM 1 KAMMI yang dilaaksanakan di ponpes Babussallam, kini aku sadar “baik untuk pribadi itu belum cukup”, maka jadilah orang  yang peka terhadap permasalahan umat, di DM 1 inilah aku dibentuk menjadi orang yang mau untuk peduli terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi, bukannya “khairunnaas anfa uhum linnas” dan bukan juga Allah lebih menyukai “Muslim yang kuat ketimbang Muslim yang lemah”. Lalu pertanyaannya siapakah yang kan menyelesaikan segudang permasalahan umat? Jawabannnya ialah kita. Sebagai seorang Muslim kita harus peka terhadap situasi sosial yang ada, kita harus membantu rakyat atas hak-haknya dari seorang pemimpin. Semua ini aku dapatkan dari serangkain acara kaderisasi KAMMI yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 April 2013 lalu.

Terakhir, orang bijak berkata,“ketika kau lahir semuanya tersenyum sedangkan engaku menangis, maka jadilah insan yang ketika kita wafat semua orang menagis sedangkan kita tersenyum”.  Kata-kata bijak ini tentunya memiliki arti yaitu manusia akan dikenang ataupun tidak tergantung pada hal-hal yang mereka perbuat semasa hidupnya, jika semasa hidup dihiasi dengan kebaikan, baik itu untuk pribadi dan orang lain, maka sudah sunnahtullah semua orang akan merasa kehilangan ketika kita wafat. Jadilah orang yang ibadahnya taat, aksinya kuat, dan prestasinya hebat. 

editor: maya kusdiantini

Rabu, 01 Mei 2013

Menuju DM 1 KAMMI UPI yang Ideal


oleh: Lia Aliyah (Ketua Departemen Kaderisasi KAMMI UPI)

“Membentuk kader yang mujahadah dalam beraktualisasi dan beramal dengan intelektualitas yang tinggi menuju generasi Robbani”, Itu yang menjadi fokus kerja Tim Kaderisasi KAMMI UPI kedepan. Bukan hal yang mudah karena biasanya realita yang terjadi  mampu meredam idealitas yang tinggi. Namun tidak untuk KAMMI disini, bermodalkan Iman dan Ukhwah serta  kemauan dan optimisme yang tinggi mampu membendung idealitas itu disertai kesungguhan dan fokus dalam mewujudkannya. Meski sejatinya kita disini hanya berupaya dan berikhtiar, selebihnya kehendak ALLAH dalam mengubah dan membulak-balik hati setiap hamba-Nya.
Daurah Marhalah Merupakan  sarana pengkaderan formal KAMMI yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan berdasarakan pada  pedoman secara nasional (Manhaj KAMMI 1430 H) dalam upaya mencapai tujuan pengkaderan dan tujuan organisasi KAMMI. Sederhananya Daurah Marhalah atau yang seringkali kita sebut DM ini merupakan salah satu pengkaderan atau gerbang awal untuk bergabung dalam barisan atau wajihah KAMMI.
PK KAMMI UPI kembali membuka pintu gerbang DM 1 KAMMI UPI dengan selebar-lebarnya untuk seluruh mahasiswa muslim indonesia, dengan tema “Melahirkan Muslim Negarawan Berbasis Intelektual Profetik”. Yang akan dilaksanakan:
Hari      : Jum’at-Ahad
Tanggal: 17-19 Mei 2013
Tempat: Al-Karim (Cijanggel)
         Bagaimana peran mahasiswa pendidikan dan akademisi dalam dunia politik? Temukan jawabannya dalam DM PK KAMMI UPI,Wujudkan Mahasiswa Cerdas yang Negarawan.
SEGERA DAFTARKAN!!!
Ketik: DAFTAR_NAMA_JURUSAN/ANGKATAN_NO KONTAK
Kirim ke: Ikhwan 085221996810
               Akhwat 089664685224
Disetiap masa itu ada kepemimpinan dan di setiap kepemimpinan akan ada ruh pembaharu dengan spirit perbaikan, maka ketahuilah ruh pembaharu itu yang akan membawa dan menentukan ruh zaman untuk sebuah pearadaban. Sesungguhnya disetiap kepemimpinan ada narasi-narasi Allah yang telah dan siap menyejarah, maka dengan rahmat Allah akan hadir kebaikan dari setiap kepemimpinan zaman.
#Menuju DM1 KAMMI UPI. (maya)