Sabtu, 27 Desember 2014

KAMMI UPI JANGAN MEMBUSUK

Oleh: Fajar Romadhon (Wakil Ketua Dept. Sosmasy PK KAMMI UPI)

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia merupakan organisasi pergerakan mahasiswa yang namanya tercatat dalam panggung sejarah Indonesia. Awal kemunculannya masih banyak menyisahkan keanehan dan menuai banyak pertanyaan di mata publik. Karena dalam tempo yang relatif singkat organisasi ini mampu menghimpun ribuan massa yang solid dan massif. Tidak hanya itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia juga mampu menjadi motor penggerak atas lengsernya rezim Soeharto. Itulah sebuah karya monumental Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia di awal kelahirannya.
Tulisan ini hanya sebagai refleksi penulis saja yang akhir-akhir ini merasakan kegundahan atas keberjalanan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Universitas Pendidikan Indonesia selama dua periode. Mungkin tulisan ini dinilai subjektif, karena hanya datang dari luahan hati penulis yang sedang gundah.
Kita semua mungkin mengetahui bahwa jatah hidupnya seorang muslim adalah masa karya. Karena dengan karyalah seseorang akan terus dikenang, bahkan dikenang sampai melebihi umur kematiannya. Tentunya karya yang lahir dari proses pemikiran, pemahaman dan pencarian makna. Karyalah yang membuat hidup.
Mungkin kutipan ini dapat menguatkan pendapat penulis di atas, bahwa hidup adalah masa karya, yang kemudian kita sebut umur untuk berkarya. Harga hidup kita di mata kebenaran, ditentukan oleh kualitas karya kita. Maka sesungguhnya, waktu yang berhak „diklaim‟ sebagai umur kita adalah sebatas waktu yang kita isi dengan karya dan amal, selain itu, ia bukan milik kita (Anis Matta, Arsitek Peradaban, 2007).
Lantas apa kaitannya prolog diatas dengan judul “KAMMI UPI jangan membusuk”?. Umur organisasi ini tidak ditentukan oleh jatah umur satu orang atau kuantitas massa berkerumunan tak beraturan. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah organisasi kader dan pergerakan, itu karakter dari organisasi ini. Penulis mengamati bahwa selama dua periode di PK KAMMI UPI, karakter khas dari organisasi ini belum terinternalisasi ke setiap
- 10
kadernya, atau bahkan kepada pengurus inti dari pengurus komisariatnya sendiri. Organisasi ini adalah organisasi pengkaderan bukan perekrutan. Organisasi ini adalah organisasi pergerakan bukan organisasi event organizer. Penulis mengamati bahwa KAMMI UPI seperti mengalami disorientasi.
Semarak merekrut kader baru di tahun ini, seperti euforia belaka, karena KAMMI UPI hanya mengikuti wacana publik yang bomming di media. Jadi seakan terbawa oleh arus yang sedang deras mengalir. Setiap komisariat seakan berlomba-lomba untuk merekrut kader sebanyak-banyaknya. Bahkan komisariat yang paling banyak merekrut itulah yang bagus. Merekrut kader (mahasiswa baru) dengan agenda PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) dan “Open House KAMMI UPI” di awal tahun ajaran baru jika tanpa program yang terstruktur, bagi penulis hanya euforia belaka. Bagi penulis, KAMMI UPI harus memiliki sikap yang berbeda dengan komisariat yang lainnya, bahasa sederhananya mampu berkarya menciptakan gelombang baru. Bagusnya komisariat bukan dinilai dari siapa yang paling banyak merekrut mahasiswa baru saat penerimaan mahasiswa baru atau open house, tapi kualitas kader yang dibina. Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan pesan dari Mohammad Natsir dalam bukunya Percakapan Antar Generasi, “Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut.”
Penulis mengamati, bahwa pasca DM1, kader baru seperti tidak ada pembinaan. Jadi seakan DM1 hanya sekedar pengguguran kewajiban dari program kerja kaderisasi saja. Mungkin ini terjadi di beberapa komisariat atau bahkan organisasi ekstra lainnya. Kemudian, apakah PK KAMMI UPI harus mengikuti hal demikian pula?. Karena KAMMI adalah organisasi pengkaderan, maka sudah selayaknya harus membina kader-kadernya. Penulis mengatakan seperti ini, karena pernah menjadi saksi mata atas keberjalanan dari KAMMI UPI selama dua periode. Dari 50 peserta DM1, hanya sekitar 5-7 orang yang berhasil dibina dan dikaryakan. Bahkan penulis sendiri sering ditanya oleh banyak kader yang mengatakan bahwa, “pembinaan (Madrasah KAMMI) kapan dan ada tidak?. Selama ini yang terjadi adalah, kaderisasi hanya mengelompokkan kader baru untuk madrasah KAMMI (MK) di awal dan setelah itu tidak ada monitoring, sehingga pada akhirnya tidak ada pembinaan utuk kader baru.
Masalah lain yang terjadi adalah, bahwa organisasi KAMMI adalah orgnisasi pergerakan. Namun, selama ini belum ada pergerakan signifikan yang dilakukan oleh KAMMI UPI. Departemen-departemen yang ada di kepengurusan PK KAMMI UPI seperti Sosial Masyarakat
- 11
(SOSMASY), Bidang Pemberdayaan Perempuan (BPP), Kajian Strategis (Kajstra) yang seharusnya bisa menciptakan pergerakan, namun sampai saat ini belum terlihat karya signifikannya.
Departemen SOSMASY yang punya bergaining “gerakan KAMMI mengajar” di desa binaan KAMMI UPI belum bisa terimplementasikan dengan baik, karena sumber daya yang kurang. Selain itu, masih kurangnya kesadaran akan pengabdian pada masyarakat. Departemen kajian strategis yang menjadi poros pergerakan, kini mengalami stagnasi. Pergerakan akan muncul berawal dari kajian dan diskusi. Namun, departemen kajian strategsi sekarang seakan kehilangan ruhnya. Kajian dan diskusi yang menjadi ciri khas kader KAMMI seakan pudar perlahan. Departemen BPP punya peranan penting dalam memberdayakan potensi kader-kader perempuan, namun keberadaannya seakan tertutupi oleh hingar bingar program kerja depatremen lain. Tiga departemen ini potensial untuk menciptakan pergerakan di kampus UPI sendiri, jika fungsionarisnya faham akan tugas dan fungsinya. Satu hal lagi yang menjadi masalah bersama KAMMI UPI adalah, roda keorganisasiannya tidak berjalan dengan baik sekan seperti komunitas yang sifatnya temporal dan tak beraturan.
Jika karakter organisasi ini mulai di jauhkan maka tidak lama lagi KAMMI UPI akan membusuk, dan hilang dari peredarannya. Sekali lagi, mungkin tulisan ini hanya subjektif, namun bisa juga dinilai objektif. Tulisan ini hanya datang dari pribadi yang fakir dan sedang mengalami kegundahan hati.
Tulisan ini belum memberikan solusi yang terperinci, insyaallah penulis akan berusaha menuliskan win-win solution-nya. KAMMI UPI janganlah engkau membusuk, engkau hanya perlu bertahan sejenak untuk menunggu pahlawan dari langit yang akan membersamaimu untuk menjadi lokomotif pergerakan mahasiswa. Tulisan ini hanya sebagai pemantik diskusi kader KAMMI UPI ... hehehe Terimakasih.

1 komentar: