Visi Kaderisasi
oleh: Achmad Ali Akbar
*(Kepala Departemen Kajian Strategi KAMMI UPI 2014)
“Hai orang-orang
yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. Niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu
sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).”(QS
As-Shaff 61: 10-13)
Semua orang
berharap untuk mendapatkan kesuksesan (al-falah). Manusia akan hidup dalam dua
alam, yaitu dunia dan akhirat. Kemenangan di akhirat dan kmenangan di dunia
adalah sesuatau yang tidak bisa dipisahkan, dia bagaikan sisi mata uang yang
tidak bermakna jika salah satu sisinya hilang. Bahkan Allah berfirman , “Dan
barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia
akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).(QS.
Al-Israa’, 17:72). Kemenangan bukanlah suatu yang tiba-tiba, melainkan sebuah
pencapaian yang perlu perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang
dipengaruhi oleh sejauh mana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan,
sedangkan masa depan tanpa perencanaan dan ridho Allah adalah sesuatu yang
mustahil untuk sukses. Untuk itu, kita perlu mengkaji bagaimana kita harus
mengatur diri kita agar mendapatkan sukses tersebut.
Berpikir
strategis (strategic thinking) biasanya dimulai dari tujuan akhir yang kita
inginkan (begin with end of mind), orang kemudian menyebutnya dengan istilah:
Think big,
Start small,
Act now,
Yaitu berpikir
besar, ulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Hal ini juga sama dengan
hadits nabi saw yang mengatakan “amal itu tergantung pada niatnya.” Maksudnya
bahwa niat adalah sesuatu yang penting dan diletakkan di awal. Niat adalah
gambaran akhir yang ingin kita capai dan dipengaruhi oleh keyakinan seseorang.
Nilai-nilai ini ditegaskan hasan Al-Banna dalam ushul ishrin, yag mengatakan
bahwa Al Aqidah Asasul Amal, Wal Amal Qalb Ahamu Minal Amal Jahir. Aqidah
adalah pondasi amal, dan amalan hati lebih penting dari amalan fisik.
Gagasan KAMMI UPI 2015
Sebuah
hadits terkenal yang diriwayatkan oleh
imam Bukhari: Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda
tujuh golongan yang dilindungi oleh Allah ta’ala dibawah lindungan-Nya, waktu
tiada lagi lindungan selain lindungan-Nya:
1. Imam
yang adil
2. Pemuda
yang dalam masa mudanya beribadah pada Allah.
3. Orang
yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya.
4. Laki-laki
yang tergantung hidupnya di masjid
5. Orang
yang berkasih sayang karena Allah semata-mata
6. Laki-laki
yang dirayu oleh seorang bangsawan cantik, tetapi dia mengatakan (menolak):
Sesungguhnya saya takut kepada Allah.
7. Orang
yang bersedekah dan disembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diperbuat (diberikan) oleh tangan kanan.
Tujuh kelompok
inilah yang kita jadikansebagai model. Dari tujuh kriteria tadi ada pelajaran
yang mampu kita dapat dari sebuah perjalanan kehidupan ini.
1. Keterampilan
Kepemimpinan (Leadership Skill): Adil
Pada
sebuah kesempatan, Imam Hasan Al-Banna pernah menyerukan, dalam risalahnya, Hal
Nahnu Qoumun ‘Amaliyun, sbb;
Kami serukan
kepada para putra Islam yang memiliki semangat bahwa seluruh jamaah Islam di
masa kini sangat membutuhkan munculnya pribadi aktivis sekaligus pemikir dan
anasir produktivitas yang pemberani
Ada empat
kriteria yang imam Hasan Al-Banna sebutkan:
a.
Aktivis
b.
Pemikir
c.
Produktif
d.
Pemberani
Imam
yang adil adalah ciri seorang yang memiliki keterampilan. Dimanapun kita
membutuhkan sebuah keterampilan dalam kepemimpinan sehinga kita dapat memimpin
dalam perjalanan menuju akhirat. Dan empat kriteria yang imam Hasan Al-Banna
sebutkan diatas merupakan kriterianya.
2. Pemuda
Shalih: Generasi, Regenerasi
Pemuda
yang masa mudanya beribadah kepada Allah, adalah ciri seseorang dengan sosok
pribadi generasi penerus yang sholih. Kalau kita ingin sukses dan selamat di
akhirat maka di dunia kita harus dapat mencetak anak cucu kita, para pemuda
shaleh sebagai generasi pengganti kita.harus ada mekanisme regenerasi yang
baik. Yaa Allah, ampunilah dosa ayah dan ibu kami, jadikanlah anak-anak kami
menjadi orang yang sholih, yaitu orang-orang yang mau mendoakan kami ketika
kami sudah terbujur kaku di kubur.
3. Kekuatan
Spiritual
Orang
yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya, adalah ciri
seseorang yang memiliki ciri kekuatan spiritual yang luar biasa. Kalau kita
ingin sukses dan selamat di akhirat, maka di dunia harus mempunyai kekuatan
spiritual. Hidup penuh dengan cobaan, jangan sampai kita tidak mampu mengendalikan
hawa nafsu diri.
4. Membangun
Institusi Dakwah: Professional
Laki-laki
yang tergantung hidupnya dimasjid merupakan seorang yang memiliki kemauan dan
kemampuan yang kuat untuk membangun institusi dakwah secara professional, ia
adalah orang yang mau dan mampu memanfaatkan serta menggunakan berbagai macam
teknologi dalam mengelola lembaga,
sumber daya, asset dan potensi umat. Sehingga kita dapat mengelola
produktivitas lembaga, mempunyai kemampuan mempromosikan dan mensyiarkan
nilai-nilai islam kepada masyarakat. Gambaran masjid sebagai pusat institusi
perubahan, sehingga untuk dapat berfungsi dengan baik diperlukan orang-orang
yang professional untuk mengelola dan istiqomah pada lembaga tersebut
5. Teamwork:
Ta’liful Qulb
6. Kredibilitas
Moral
7. Kekuatan
Ekonomi
Leadership skill
|
Regenerasi
|
Spiritual
|
Teamwork
|
Kredibilitas Moral
|
Professional
|
Mandiri
|
|
0 komentar:
Posting Komentar