Sabtu, 27 Desember 2014

Visi Kaderisasi
oleh: Achmad Ali Akbar 
*(Kepala Departemen Kajian Strategi KAMMI UPI 2014)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?   (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.   Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.  Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).”(QS As-Shaff 61: 10-13)
Semua orang berharap untuk mendapatkan kesuksesan (al-falah). Manusia akan hidup dalam dua alam, yaitu dunia dan akhirat. Kemenangan di akhirat dan kmenangan di dunia adalah sesuatau yang tidak bisa dipisahkan, dia bagaikan sisi mata uang yang tidak bermakna jika salah satu sisinya hilang. Bahkan Allah berfirman , “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).(QS. Al-Israa’, 17:72). Kemenangan bukanlah suatu yang tiba-tiba, melainkan sebuah pencapaian yang perlu perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dipengaruhi oleh sejauh mana ketersediaan informasi dalam memprediksi ke depan, sedangkan masa depan tanpa perencanaan dan ridho Allah adalah sesuatu yang mustahil untuk sukses. Untuk itu, kita perlu mengkaji bagaimana kita harus mengatur diri kita agar mendapatkan sukses tersebut.
Berpikir strategis (strategic thinking) biasanya dimulai dari tujuan akhir yang kita inginkan (begin with end of mind), orang kemudian menyebutnya dengan istilah:
Think big,
Start small,
Act now,
Yaitu berpikir besar, ulai dari yang kecil dan mulai sekarang juga. Hal ini juga sama dengan hadits nabi saw yang mengatakan “amal itu tergantung pada niatnya.” Maksudnya bahwa niat adalah sesuatu yang penting dan diletakkan di awal. Niat adalah gambaran akhir yang ingin kita capai dan dipengaruhi oleh keyakinan seseorang. Nilai-nilai ini ditegaskan hasan Al-Banna dalam ushul ishrin, yag mengatakan bahwa Al Aqidah Asasul Amal, Wal Amal Qalb Ahamu Minal Amal Jahir. Aqidah adalah pondasi amal, dan amalan hati lebih penting dari amalan fisik.
Gagasan KAMMI UPI 2015
Sebuah hadits  terkenal yang diriwayatkan oleh imam Bukhari: Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda tujuh golongan yang dilindungi oleh Allah ta’ala dibawah lindungan-Nya, waktu tiada lagi lindungan selain lindungan-Nya:
1.       Imam yang adil
2.       Pemuda yang dalam masa mudanya beribadah pada Allah.
3.       Orang yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya.
4.       Laki-laki yang tergantung hidupnya di masjid
5.       Orang yang berkasih sayang karena Allah semata-mata
6.       Laki-laki yang dirayu oleh seorang bangsawan cantik, tetapi dia mengatakan (menolak): Sesungguhnya saya takut kepada Allah.
7.       Orang yang bersedekah dan disembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat (diberikan) oleh tangan kanan.
Tujuh kelompok inilah yang kita jadikansebagai model. Dari tujuh kriteria tadi ada pelajaran yang mampu kita dapat dari sebuah perjalanan kehidupan ini.
1.       Keterampilan Kepemimpinan (Leadership Skill): Adil
Pada sebuah kesempatan, Imam Hasan Al-Banna pernah menyerukan, dalam risalahnya, Hal Nahnu Qoumun ‘Amaliyun, sbb;
Kami serukan kepada para putra Islam yang memiliki semangat bahwa seluruh jamaah Islam di masa kini sangat membutuhkan munculnya pribadi aktivis sekaligus pemikir dan anasir produktivitas yang pemberani
Ada empat kriteria yang imam Hasan Al-Banna sebutkan:
a.       Aktivis
b.      Pemikir
c.       Produktif
d.      Pemberani
Imam yang adil adalah ciri seorang yang memiliki keterampilan. Dimanapun kita membutuhkan sebuah keterampilan dalam kepemimpinan sehinga kita dapat memimpin dalam perjalanan menuju akhirat. Dan empat kriteria yang imam Hasan Al-Banna sebutkan diatas merupakan kriterianya.
2.       Pemuda Shalih: Generasi, Regenerasi
Pemuda yang masa mudanya beribadah kepada Allah, adalah ciri seseorang dengan sosok pribadi generasi penerus yang sholih. Kalau kita ingin sukses dan selamat di akhirat maka di dunia kita harus dapat mencetak anak cucu kita, para pemuda shaleh sebagai generasi pengganti kita.harus ada mekanisme regenerasi yang baik. Yaa Allah, ampunilah dosa ayah dan ibu kami, jadikanlah anak-anak kami menjadi orang yang sholih, yaitu orang-orang yang mau mendoakan kami ketika kami sudah terbujur kaku di kubur.
3.       Kekuatan Spiritual
Orang yang menyebut Allah ketika sendirian, lalu meneteskan air matanya, adalah ciri seseorang yang memiliki ciri kekuatan spiritual yang luar biasa. Kalau kita ingin sukses dan selamat di akhirat, maka di dunia harus mempunyai kekuatan spiritual. Hidup penuh dengan cobaan, jangan sampai kita tidak mampu mengendalikan hawa nafsu diri.
4.       Membangun Institusi Dakwah: Professional
Laki-laki yang tergantung hidupnya dimasjid merupakan seorang yang memiliki kemauan dan kemampuan yang kuat untuk membangun institusi dakwah secara professional, ia adalah orang yang mau dan mampu memanfaatkan serta menggunakan berbagai macam teknologi dalam mengelola  lembaga, sumber daya, asset dan potensi umat. Sehingga kita dapat mengelola produktivitas lembaga, mempunyai kemampuan mempromosikan dan mensyiarkan nilai-nilai islam kepada masyarakat. Gambaran masjid sebagai pusat institusi perubahan, sehingga untuk dapat berfungsi dengan baik diperlukan orang-orang yang professional untuk mengelola dan istiqomah pada lembaga tersebut
5.       Teamwork: Ta’liful Qulb
6.       Kredibilitas Moral
7.       Kekuatan Ekonomi

Leadership skill
Regenerasi
Spiritual
Teamwork
Kredibilitas Moral
Professional
Mandiri







0 komentar:

Posting Komentar