Oleh: Achmad ALi Akbar (Staff Kajian Strategi PK KAMMI UPI 2014)
Info Buku:
Judul :
Api Sejarah 1
Penulis :
Ahmad Mansur Suryanegara
Penerbit :
Marjin Grafindo Media Pratama, Bandung
Tahun :
Cetakan VI, Juli 2013
Tebal :
xx + 586 halaman
ISBN :
978-602-84-5897-9
***
“Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad”
Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu
(QS al Hasyr [59] : 18)
Buku
ini adalah sebuah cara baru dalam melihat sejarah indonesia, buku ini
mengungkapkan sejarah-sejarah bangsa ndonesia yang diperjuangkan dengan tetesan
darah ulama dan santri namun di distorsikan secara sengaja oleh penjajah dengan
tujuan yang begitu tidak kita sadari. bangsa-bangsa barat berusaha menguasai
sistem penulisan sejarah. mengapa? karena dari hasil penulisan sejarah, akan
berdampak terbentuknya citra dan opini masyarakat, tentang kisah masa lalu yang
di bacanya. ditargetkan dari hasil bacaannya akan menumbuhkan perubahan system
keimanan dan tingkah laku social politik dan budaya selanjutnya, yang memihak
penjajah.
Sebagai
contoh Wali Sanga didongengkan sebagai tokoh penyebar islam yang sangat tidak
islami, ia masih melaksanakan ritual-ritual hindu Buddha. Dapatlah diperkirakan
dampaknya terhadap masyarakat pembaca, penulisan sejarah walisanga yang
demikian melahirkan kedjawen di jawa tengah dan jawa timur, sedangkan di jwa
barat ada aliran kesunden. Yang lebih mengutamakan ajaran leluhur atau nenek
moyang.
Didalam buku ini Ahmad Mansyur Suryanegara mencoba mengungkapkan
fakta sejarah mengenai peran besar kepemimpinan Ulama dan Santri dalam
perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan Negara dari penjajahan Barat maupun
Timur yang bahkan tidak dituliskan dalam buku-buku sejarah kita di SD-SMP-SMA.
Sehingga terkesan seolah-olah ummat islam tidak memiliki peran berarti bahkan
cenderung menempatkan islam sebagai kekuatan pemecah belah bangsa, sebagai
contoh penaklukan madjapahit oleh kesultanan islam demak.
Buku ini pun coba mengungkap beberapa hal yang patut
dipertanyakan seperti hari-hari besar di Indonesia seperti haarkitnas, dan
hardiknas yang diambil dari hari kelahiran tokoh pendidikan nasional.
Upaya
deislamisasi Sejarah Indonesia sudah dilakukan sejak lama, menjadikan peran
Ulama dan Santri dibidang ipoleksosbud dan hamkam, tidak menjadi tempat
terhormat dalam penulisan Sejarah Indonesia. Sementara masyarakat awam dan cendekiawan
Muslim sangat kurang memperhatiakannya. Mereka mengira penulisan sejarah yang
benar adalah yang pernah dituliskan terlebih dahulu oleh Sejarawan Belanda.3
Oleh karena itu buku ini muncul untuk mengimbangi dan meluruskan Sejarah
Indonesia sesuai dengan fakta.
Masih
banyak manifes yang dipampang dalam buku ditulis oleh Ahmad Mansyur Suryanegara
ini. Jika pembaca cermat memikirkan manifesnya, Anda memperoleh semacam
insight. Karena manifes itu betul-betul memprovokasi, menggali hal yang tak
umum, tapi terbukti bermanfaat memompa kesadaran kita.
0 komentar:
Posting Komentar