Senin, 08 Juli 2013

Indonesia Memanggil

Karya : Fajar Romadhon 
(Staf Departemen Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat PK KAMMI UPI 2013)


            68 tahun refleksi kemerdekaan Indonesia. Indonesia berada dalam keterpurukan dan suasana pekat yang mencekam. Berbagai problematika bangsa ini yang tak kunjung usai dan semakin bertambah banyak, hanya akan menjadi bumbu yang akan menjatuhkan Indonesia pada jurang kehinaan. Negeri ini menangis, merindukan kembali Indonesia yang indah dan elok. Jiwa-jiwa yang berserakan itu belum sadar kalau negeri ini sedang membutuhkan uluran tangannya. Memang benar adanya kalau Anis Matta pernah mengatakan Indonesia ini tidak akan berdiri hanya dengan darah satu orang, hanya dengan keringat satu orang, hanya dengan air mata satu orang, hanya dengan ide satu orang. Oleh karena itu Indonesia masa depan tidak membutuhkan satu orang presiden, tapi membutuhkan sebuah tim impian.

            Hampir setiap hari di Indonesia ada pemberitaan tentang kasus kriminalitas, pembunuhan, pemerkosaan, tawuran, free sex, korupsi dan sebagainya. Belum lagi kekayaan alam bangsa ini, yang sebagian besarnya dikuasai oleh korporasi-korporasi asing. Negeri ini memang kaya, namun masih bisa dibodohi. Indonesia ini butuh tangan-tangan kreatif untuk menyulap dan mengoptimalkan kekayaan Indonesia menjadi hal yang produktif dan bermanfaat.

            Sederet masalah-masalah tadi, semuanya itu adalah imbas dari kurangnya pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat mengalami degradasi moral di berbagai aspek kehidupan. Degradasi moral menjadi masalah serius yang harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menjadi solusi yang tepat atas degradasi moral ini, adalah dengan benahi sistem pendidikan di Indonesia. Pemerataan pendidikan harus ada di Negeri ini. Sehingga setiap strata masyarakat dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Pendidikan bukan hanya menjadikan seseorang cerdas intelektualnya lebih dari pada itu pendidikan harus bisa menjadikan pribadi seseorang yang berkarakter dan beradab.

            Sungguh miris ketika melihat kondisi pemuda Indonesia sekarang. Seakan-akan gelora kepemudaannya hilang tersapu oleh arus zaman. Seakan-akan ada kabut yang menutupi, sehingga pemuda lupa akan sejarah dan peranan gemilangnya. Pemuda adalah pewaris peradaban dan pemimpin masa depan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh para pemudanya. Hasan Al-Banna pernah berkata,

 "di setiap kebangkitan, pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran, pemudalah pengibar panji-panjinya".

Dalam sejarahnya banyak para pemuda yang andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini. Pemuda sekarang harus mengetahui sejarah gemilangnya, dan kembali memulai untuk berkarya demi mengharumkan bangsanya. Ada sebuah buku dengan judul menagih kiprah pemuda, judul ini nampak menuntut sebuah eksistensi, meminta sebuah relisasi dan menginginkan pembuktian peran pemuda. Peran pemuda sebagai agent of change, iron stock dan social control harus bisa terinternalisasi dalam jiwa pemuda untuk direalisasikan. Pemuda harus bangkit dari keterpurukan, tidak lagi menutup mata atas masalah-masalah yang ada di Indonesia ini. Maka yang harus dilakukan pemuda adalah bersatu, bergerak dan berkarya untuk tuntaskan perubahan di Indonesia. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, 

“jangan kau tanyakan apa yang akan Indonesia berikan padamu, tapi tanyalah apa yang akan kau berikan untuk Indonesia”

Jiwa-jiwa yang berserakan itu adalah para pemuda, maka bersatulah. Tangan-tangan kreatif itu adalah para pemuda, maka berkaryalah. Tunas-tunas bangsa itu adalah para pemuda, maka pimpinlah Indonesia dengan baik. Kini Indonesia memanggil dan menagih kiprahmu wahai pemuda.
           
Mengapa harus pemuda? Karena dibalik rahasia kebangkitan, kuncinya adalah para pemuda. Dan yang dapat menyelesaikan problematika ini adalah para pemuda. Pemuda memiliki empat kekuatan yang tidak dimiliki  siapapun keculai oleh para pemuda itu sendiri. 

Pertama idealisme, pemuda dalam mengaplikasikan ide-idenya senantiasa didrive oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari agama atau kultur masyarakatnya. Bukan keuntungan dan jabatan yang dicari, namun terealisasinya ide-ide itulah yang menjadi harapannya. 

Kedua intelektual, masa muda senantiasa ditandai dengan gaya berfikir yang argumentatif-ilmiah dan mengukur segala sesuatunya dengan logis-empiris. 

Ketiga sikap kritis dan kepekaan sosial, pemuda tidak hanya menonjolkan ranah pemikirannya, tapi pemikiran yang benar itu terejawantahkan dalam kepekaan terhadap sosialnya. Dan akan ada sikap perlawanan dari para pemuda, jika ada siapapun yang akan menghalangi pergerakan pemuda dalam merealisasikan cita-citanya. 

Keempat keberanian, dalam merealisasikan ide-idenya pemuda memiliki keberanian dalam menanggung setiap risiko yang akan dihadapinya. Dan pada titik inilah terakumulasi antara keberanian, kecerdasan dan kebenaran. 

Bangkitlah wahai pemuda, harapan itu masih ada. Buatlah Indonesia kembali tersenyum bahagia. Merdeka pemuda Indonesia. 
Wallahu’alam
 




                                                                                              


                                                                                           editor:
Maya Kusdiantini

0 komentar:

Posting Komentar