Rabu, 05 Oktober 2011

RAMADHAN MENGANTAR KAUM MUSLIMIN UNTUK MERAIH APAPUN TANPA BATAS



Rahasia Besar Perang Badar

K
aum Muslimin memenangakan Perang Badar dengan cara yang spektakuler, dan perang tersebut menjadi pembuka kemenangan-kemenangan besar dalam peperangan berikutnya. Kemengan milliter itu telah menempatkan komunitas Muslim Madinah sebagai salah satu kekuatan militer paling berwibawa di Jazirah Arab. Dakwah mendapatkan perisai, dan komunitas Muslim Madinah telah mendapatkan kehormatannya.
Itulah kejadiannya. Namun, ada sebuah rahasia besar yang terselip dalam peristiwa ini, yaitu sesuatu yang dipilih oleh Allah SWT untuk perang besar pertama kaum Muslimin. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan  tahun kedua Hijrah. Pengondisisan dan persiapan perang telah berlangsung setahun sebelumnya, tapi perang akbarnya justru terjadi pada bulan Ramadhan , pada saat Allah SWT pertama kali mewajibkan ibadah puasa pada kaum Muslimin. Jadi, puncak pertarungan antara kebenaran dan kebatilan itu ditakdirkan terjadi pada saat kaum Muslimin sedang berpuasa.
Dalam perang itu, sesungguhnya terjadi dua kemenangan besar sekaligus. Yang  satu telah mendahului yang lainnya, bahkan menjadi penyebab dan pengantarnya. Kemenangan pertama adalah kemenangan di alam jiwa, kemenangan dialam roh. Dari dialog-dialog yang dilakukan Rasulullah SAW sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke Perang Badar, kita dapat mengetahui betapa komentar-komentar para sahabat beliau menunjukkan mereka sedang berada di puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka sedang melanglang buana di langit keimanan dan tawakal, hasrat dan rindu mereka terpaut ke surga. Kepercayaan yang tidak terbatas kepada Allah SWT, tekad baja yang tidak terkalahkan dalam menegakkan kebenaran, keberanian yang tak pernah dapat di sentuh oleh ketakutan, dan kerinduan kepada surga yang tidak pernah dapat diselesaikan oleh fatamorgana dunia menjadi hal yang memberi mereka energi perlawanan yang sangat dahsyat.
Itulah rahasianya. Kemenangan yang hakiki sesungguhnya terjadi pertama kali di alam jiwa, yakni kepercayaan mengalahkan keraguan, harapan mengalahkan kecemasan, keberanian mengalahkan ketakutan, rindu kepada surga mengalahkan semua godaan dunia, tekad melumpuhkan kelemahan dan keterbatasan, dan kebesaran musuh berubah menjadi debu dalam pandangan jiwanya.
Itulah rahasianya. Pertempuran adalah bagian dari perang, dan perang yang sesungguhnya terjadi dalam semua dimensi. Namun, kemenangan dalam peperangan adalah buah kemenangan di alam jiwa, karena senjata bergantung pada tuannya; karena sorotan mata seringkali lebih tajam daripada kilatan pedang; karena nama Khalid bin Walid lebih menakutkan daripada pasukannya; karena “teriakan Al-Qa’qa bin Amr jauh lebih menakutkan daripada seribu leleki,” kata Sa’ad bin Abi Waqqash.
Namun, apa rahasia yang menciptakan kemenangan di alam jiwa itu? Itulah puasa. Puasa mengantar kita meraih semua kemenangan di alam jiwa. Begitulah kenyataannya. Kaum Muslimin selalu mencatat rekor kemenangan-kemenangan besar yang sangat menentukan dalam bulan Ramadhan  atau dalam keadaan berpuasa.
Kaum Muslimin meraih kemengan dalam Perang Badar pada bulan Ramadhan  kedua Hijrah, dan membebaskan kota mekah pada tahun kedelapan Hijrah. Muzaffar Quthus menaklukkan pasukan Tartar dalam Perang ‘Ain Jalut pada bulan Ramadhan . Shalahudin Al-Ayyubi mengusir pasukan salib dari Tanah Palestina dalam Perang Hithin juga pada bulan Ramadhan. Muhammad Al-Fatih Murad melakukan puasa sunnah tiga hari berturut-turut sebelum merebut Konstantinopel. Termasuk kemerdekaan Indonesia sebagai Negara berpenduduk Muslim terbesar se-dunia juga terjadi pada bulan Ramadhan.
Kemengan kedua di alam nyata itu adalah buah dari kemengan di alam jiwa. Namun, kemengan di alam jiwa mempunya satu rahasia: puasa*).

Diadaptasi dari buku “DARI GERAKAN KE NEGARA”.
Di ketik oleh Egi Nugraha (Staf Kaderisasi KAMMI KOMISARIAT UPI 2011)  

0 komentar:

Posting Komentar