Rabu, 11 Juni 2014

Rona Rona Jilbab

Oleh: Putri Wuladari
(mahasiswa Pendidikan Teknik Agroindustry, 2011)
“Hari ini adalah hari yang sangat bergejolak. Bergejolak dengan tingkah yang kian membuncah. Aku fikir aku dapat melakukan hal serupa dengan orang-orang dzalim di sekitarku, tapi aku tak mampu. Allah masih melindungku.”
(kata seorang ikhwan disampingku saat 14 Februari 2014 kemarin).
Ungkapan diatas terjadi hari Jumat kemarin, yang bertepatan dengan hari Tutup Aurat sedunia. Sungguh miris rasanya, melihat saudari-saudari kita yang terjebak di hari itu. Terjebak tentang ketidaktahuannya mengenai makna hari itu. Makna tentang aurat dan kain yang yang digunakan untuk membalutnya, yaitu jilbab.

Hijab, sebuah kata asing yang menggambarkan sebuah kehormatan seorang wanita. Dimana  hijab atau kerudung adalah sebuah identitas bagi wanita muslim. Ada yang berkata hijab dan akhlak atau perilaku adalah saling berhubungan. Dengan kata lain, seorang enggan berhijab karena perilakuknya masih dipermaslahkan. Perlu diketahui, bahwa jilbab dan akhlak adalah dua hal yang berebda. Berjilbab itu murni perintah Allah, dan itu wajib untuk wanita muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya baik atau buruk. Dan perintah itu sudah ada dalam Al-Quran surat An-Nur: 31 dan Q.S Al-Ahzab ayat 59. (silakan baca sendiri ya ^^).  Dan ahlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jikapun seorang berjilbab, tapi melakukan hal-hal tercela dan melakukan maskisat, hal itu adalah akhlaknya yang salah, bukan jilbabnya. So, mulailah dengan memperbaiki akhlak itu beriringan dengan balutan jilbab yang kita kenakan. Karena itu sebaik-baik kita bersikap.

0 komentar:

Posting Komentar