Apakah kalian kenal dengan bunda
Khadijah, Aisiah, Ummu Sulaim, Siti Aisyah, Fatimah, atau Sumayah?
Wanita-wanita ini telah hidup di zaman kenabian. Mereka memiliki
karakter yang luar biasa sehingga patut dijadikan teladan bagi muslimah
akhir zaman. Seperti kata Aa Gym : amati, tiru, dan modifikasi.
Zainab al-Ghazali al-Jabili, Ketua Umum Jamaah Muslimat (dibentuk sekitar tahun 1936) pun telah menjadi salah satu sosok yang patut diteladani, terutama dalam pergerakan beliau untuk menyatukan ummat (khususnya akhwat) dalam melawan rezim Gamal Abden Naser.
Meski banyak mendapat intimidasi hingga percobaan pembunuhan, namun Zainab al-Ghazali tetap meneruskan dakwahnya. Beliau sering menuliskan pemikirannya dalam buletin secara kontinu (istiqomah). Gagasan yang disampaikan secara kontinu dan terstruktur tersebut dapat mempengaruhi akhwat lain sehingga para akhwat mau bergabung dengan sukarela. Beliau menyadari bahwa mendidik satu orang akhwat bisa berarti mendidik masyarakat.
Lalu bagaimana dengan kader akhwat KAMMI?
Teh Sarah Komalaningsih menyampaikan bahwa gerakan muslimah KAMMI harus peka terhadap tiga unsur: mahasiswa, umat Islam (khususnya akhwat) dan kenegaraan. Ketiganya telah membentuk irisan yang menjadikan kader KAMMI siap berdakwah dimana pun. Dalam irisan pertama, mahasiswa dan warga negara, kader bisa aktif di BEM. Pada irisan kedua antara warga negara dan umat Islam, terdapat parpol, ormas, dsb. dan pada irisan ketiga antara umat islam dan mahasiswa, bisa tercermin dalam LDK.
Peran muslimah KAMMI menuju kemenangan dakwah kampus adalah:
Strategi yang bisa diterapkan antara lain, akhwat KAMMI harus:
Wallohu a’lam bishshawab
Ringkasan Kajian Akhwat KAMMI UPI: Rekam Jejak Akhwat KAMMI
Jumat, 6 April 2012 pukul 16.00 s.d selesai di Al Furqan lt.3 selasar akhwat
Pemateri : Teh Sarah Komalaningsih (Pengurus BKM Kamda Bandung dan DPK KAMMI Subang)
*Biro Kemuslimahan KAMMI - Pengurus Komisariat UPI
Zainab al-Ghazali al-Jabili, Ketua Umum Jamaah Muslimat (dibentuk sekitar tahun 1936) pun telah menjadi salah satu sosok yang patut diteladani, terutama dalam pergerakan beliau untuk menyatukan ummat (khususnya akhwat) dalam melawan rezim Gamal Abden Naser.
Meski banyak mendapat intimidasi hingga percobaan pembunuhan, namun Zainab al-Ghazali tetap meneruskan dakwahnya. Beliau sering menuliskan pemikirannya dalam buletin secara kontinu (istiqomah). Gagasan yang disampaikan secara kontinu dan terstruktur tersebut dapat mempengaruhi akhwat lain sehingga para akhwat mau bergabung dengan sukarela. Beliau menyadari bahwa mendidik satu orang akhwat bisa berarti mendidik masyarakat.
Lalu bagaimana dengan kader akhwat KAMMI?
Teh Sarah Komalaningsih menyampaikan bahwa gerakan muslimah KAMMI harus peka terhadap tiga unsur: mahasiswa, umat Islam (khususnya akhwat) dan kenegaraan. Ketiganya telah membentuk irisan yang menjadikan kader KAMMI siap berdakwah dimana pun. Dalam irisan pertama, mahasiswa dan warga negara, kader bisa aktif di BEM. Pada irisan kedua antara warga negara dan umat Islam, terdapat parpol, ormas, dsb. dan pada irisan ketiga antara umat islam dan mahasiswa, bisa tercermin dalam LDK.
Peran muslimah KAMMI menuju kemenangan dakwah kampus adalah:
- kiprah dalam kerohanian kampus
- meminang bunga haroki (tetap melakukan hal besar baik dikenal/tidak, tampak/tersembunyi, dsb)
Strategi yang bisa diterapkan antara lain, akhwat KAMMI harus:
- tegas, tegar, kuat, dan berani;
- menyuarakan kebenaran dalam bentuk tulisan/perbuatan.;
- berbeda dari kebanyakan perempuan;
- tidak mengeksklusifkan diri (jangan sampai keimanan menggebu menyebabkan kita terbatasi & dibatasi);
- jangan sampai kedekatan kita dengan Alloh ternoda dengan dorongan kedekatan kepada makhluk-Nya.
Wallohu a’lam bishshawab
Ringkasan Kajian Akhwat KAMMI UPI: Rekam Jejak Akhwat KAMMI
Jumat, 6 April 2012 pukul 16.00 s.d selesai di Al Furqan lt.3 selasar akhwat
Pemateri : Teh Sarah Komalaningsih (Pengurus BKM Kamda Bandung dan DPK KAMMI Subang)
*Biro Kemuslimahan KAMMI - Pengurus Komisariat UPI
0 komentar:
Posting Komentar