Kenali Kartini Sampai Tuntas!
Kartini adalah perempuan yang terlahir dari kalangan priyayi Jawa pada tanggal 21 April 1879. Ia putri dari Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat dari istri pertamanya, namun bukan yang utama. Artinya ketika menikah dengan ibunda Kartini yakni M.A. Ngasirah ia masih menjabat sebagai seorang wedana di Mayong. Seiring berjalannya waktu R.M. Sosroningrat diangkat menjadi Bupati, namun peraturan kolonial ......
Mengapa Aku Mencintai KAMMI
“Orang bijak berkata... bahwa mencintai itu tak butuh alasan.” Jumat, 24 Juni 2011. Semua barang sudah disiapkan. Dicek untuk terakhir kalinya, kemudian melaju ke kampus Unisba. Daurah Marhalah I. Saat itu, diri ini memang belum mengerti kegiatan seperti apa dan untuk apa DM I itu. Di perjalanan, terlintas peristiwa beberapa tahun silam ketika seorang teman mengajak untuk masuk KAMMI....
KAMMI, PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN
Indonesia, mendengar kata itu terngiang di benak seorang pemuda akan perjuangan dan pengorbanan para pejuang tangguh. Kini saatnya seorang pemuda ambil alih,...
HIBRIDISASI PENDIDIKAN SEBAGAI KATALISATOR PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN
Memasuki abad ke-21 ini, pendidikan nasional Indonesia menghadapi tantangan yang berat yaitu tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan untuk mengembangkan pendidikan...
Menuju DM 1 KAMMI UPI yang Ideal
“Membentuk kader yang mujahadah dalam beraktualisasi dan beramal dengan intelektualitas yang tinggi menuju generasi Robbani”, Itu yang menjadi fokus kerja Tim Kaderisasi KAMMI UPI kedepan.
Rabu, 07 Januari 2015
Indahnya Hidup Peduli
Sabtu, 27 Desember 2014
KAMMI UPI JANGAN MEMBUSUK
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia merupakan organisasi pergerakan mahasiswa yang namanya tercatat dalam panggung sejarah Indonesia. Awal kemunculannya masih banyak menyisahkan keanehan dan menuai banyak pertanyaan di mata publik. Karena dalam tempo yang relatif singkat organisasi ini mampu menghimpun ribuan massa yang solid dan massif. Tidak hanya itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia juga mampu menjadi motor penggerak atas lengsernya rezim Soeharto. Itulah sebuah karya monumental Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia di awal kelahirannya.
Tulisan ini hanya sebagai refleksi penulis saja yang akhir-akhir ini merasakan kegundahan atas keberjalanan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Universitas Pendidikan Indonesia selama dua periode. Mungkin tulisan ini dinilai subjektif, karena hanya datang dari luahan hati penulis yang sedang gundah.
Kita semua mungkin mengetahui bahwa jatah hidupnya seorang muslim adalah masa karya. Karena dengan karyalah seseorang akan terus dikenang, bahkan dikenang sampai melebihi umur kematiannya. Tentunya karya yang lahir dari proses pemikiran, pemahaman dan pencarian makna. Karyalah yang membuat hidup.
Mungkin kutipan ini dapat menguatkan pendapat penulis di atas, bahwa hidup adalah masa karya, yang kemudian kita sebut umur untuk berkarya. Harga hidup kita di mata kebenaran, ditentukan oleh kualitas karya kita. Maka sesungguhnya, waktu yang berhak „diklaim‟ sebagai umur kita adalah sebatas waktu yang kita isi dengan karya dan amal, selain itu, ia bukan milik kita (Anis Matta, Arsitek Peradaban, 2007).
Lantas apa kaitannya prolog diatas dengan judul “KAMMI UPI jangan membusuk”?. Umur organisasi ini tidak ditentukan oleh jatah umur satu orang atau kuantitas massa berkerumunan tak beraturan. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah organisasi kader dan pergerakan, itu karakter dari organisasi ini. Penulis mengamati bahwa selama dua periode di PK KAMMI UPI, karakter khas dari organisasi ini belum terinternalisasi ke setiap
- 10
kadernya, atau bahkan kepada pengurus inti dari pengurus komisariatnya sendiri. Organisasi ini adalah organisasi pengkaderan bukan perekrutan. Organisasi ini adalah organisasi pergerakan bukan organisasi event organizer. Penulis mengamati bahwa KAMMI UPI seperti mengalami disorientasi.
Semarak merekrut kader baru di tahun ini, seperti euforia belaka, karena KAMMI UPI hanya mengikuti wacana publik yang bomming di media. Jadi seakan terbawa oleh arus yang sedang deras mengalir. Setiap komisariat seakan berlomba-lomba untuk merekrut kader sebanyak-banyaknya. Bahkan komisariat yang paling banyak merekrut itulah yang bagus. Merekrut kader (mahasiswa baru) dengan agenda PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) dan “Open House KAMMI UPI” di awal tahun ajaran baru jika tanpa program yang terstruktur, bagi penulis hanya euforia belaka. Bagi penulis, KAMMI UPI harus memiliki sikap yang berbeda dengan komisariat yang lainnya, bahasa sederhananya mampu berkarya menciptakan gelombang baru. Bagusnya komisariat bukan dinilai dari siapa yang paling banyak merekrut mahasiswa baru saat penerimaan mahasiswa baru atau open house, tapi kualitas kader yang dibina. Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan pesan dari Mohammad Natsir dalam bukunya Percakapan Antar Generasi, “Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut.”
Penulis mengamati, bahwa pasca DM1, kader baru seperti tidak ada pembinaan. Jadi seakan DM1 hanya sekedar pengguguran kewajiban dari program kerja kaderisasi saja. Mungkin ini terjadi di beberapa komisariat atau bahkan organisasi ekstra lainnya. Kemudian, apakah PK KAMMI UPI harus mengikuti hal demikian pula?. Karena KAMMI adalah organisasi pengkaderan, maka sudah selayaknya harus membina kader-kadernya. Penulis mengatakan seperti ini, karena pernah menjadi saksi mata atas keberjalanan dari KAMMI UPI selama dua periode. Dari 50 peserta DM1, hanya sekitar 5-7 orang yang berhasil dibina dan dikaryakan. Bahkan penulis sendiri sering ditanya oleh banyak kader yang mengatakan bahwa, “pembinaan (Madrasah KAMMI) kapan dan ada tidak?. Selama ini yang terjadi adalah, kaderisasi hanya mengelompokkan kader baru untuk madrasah KAMMI (MK) di awal dan setelah itu tidak ada monitoring, sehingga pada akhirnya tidak ada pembinaan utuk kader baru.
Masalah lain yang terjadi adalah, bahwa organisasi KAMMI adalah orgnisasi pergerakan. Namun, selama ini belum ada pergerakan signifikan yang dilakukan oleh KAMMI UPI. Departemen-departemen yang ada di kepengurusan PK KAMMI UPI seperti Sosial Masyarakat
- 11
(SOSMASY), Bidang Pemberdayaan Perempuan (BPP), Kajian Strategis (Kajstra) yang seharusnya bisa menciptakan pergerakan, namun sampai saat ini belum terlihat karya signifikannya.
Departemen SOSMASY yang punya bergaining “gerakan KAMMI mengajar” di desa binaan KAMMI UPI belum bisa terimplementasikan dengan baik, karena sumber daya yang kurang. Selain itu, masih kurangnya kesadaran akan pengabdian pada masyarakat. Departemen kajian strategis yang menjadi poros pergerakan, kini mengalami stagnasi. Pergerakan akan muncul berawal dari kajian dan diskusi. Namun, departemen kajian strategsi sekarang seakan kehilangan ruhnya. Kajian dan diskusi yang menjadi ciri khas kader KAMMI seakan pudar perlahan. Departemen BPP punya peranan penting dalam memberdayakan potensi kader-kader perempuan, namun keberadaannya seakan tertutupi oleh hingar bingar program kerja depatremen lain. Tiga departemen ini potensial untuk menciptakan pergerakan di kampus UPI sendiri, jika fungsionarisnya faham akan tugas dan fungsinya. Satu hal lagi yang menjadi masalah bersama KAMMI UPI adalah, roda keorganisasiannya tidak berjalan dengan baik sekan seperti komunitas yang sifatnya temporal dan tak beraturan.
Jika karakter organisasi ini mulai di jauhkan maka tidak lama lagi KAMMI UPI akan membusuk, dan hilang dari peredarannya. Sekali lagi, mungkin tulisan ini hanya subjektif, namun bisa juga dinilai objektif. Tulisan ini hanya datang dari pribadi yang fakir dan sedang mengalami kegundahan hati.
Tulisan ini belum memberikan solusi yang terperinci, insyaallah penulis akan berusaha menuliskan win-win solution-nya. KAMMI UPI janganlah engkau membusuk, engkau hanya perlu bertahan sejenak untuk menunggu pahlawan dari langit yang akan membersamaimu untuk menjadi lokomotif pergerakan mahasiswa. Tulisan ini hanya sebagai pemantik diskusi kader KAMMI UPI ... hehehe Terimakasih.
Sekelumit Gagasan dari seorang fakir untuk KAMMI UPI
KAMMI tidak lagi bisa dianggap sebagai gerakan mahasiswa kelas bawah. Dari awal kelahirannya KAMMI sudah melampaui zamannya, artinya KAMMI sudah mampu berlari meninggalkan gerakan-gerakan mahasiswa yang lahir sebelumnya.
Sejarah reformasi pasca lengsernya Soeharto tak bisa dipisahkan dengan peran KAMMI sebagai salah satu organisasi pergerakan da‟wah di Indonesia. Ketika berbagai pihak seperti bingung mencari solusi atas krisis multidimensi yang melanda Indonesia awal tahun 1997, KAMMI menawarkan solusi reformasi moral dengan terlebih dahulu menggantikan Soeharto dengan pemimpin yang memiliki komitmen moral dan mengutamakan kepentingan masyarakat (Syamsul Hilal, 2003: 80).
Perlu diketahui bersama oleh kader KAMMI, bahwa salah satu yang melatarbelakangi lahirnya KAMMI adalah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional yang melanda Indonesia dan didorong oleh tanggung jawab moral terhadap penderitaan rakyat, serta itikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan kea rah yang lebih baik. Sehingga kesadaran inilah yang men-drive kader KAMMI dalam bergerak menuntaskan perubahan.
Oleh karenanya agar dakwah KAMMI dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya, maka KAMMI menyusun dirinya di atas unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bina al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu membangun lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum, mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers, tokoh, dan lain sebagainya.
2. Bina al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.
- 6
3. Bina al-qo’idah al- fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.
4. Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.
Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang, harmonis dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan KAMMI (Sudarsono, 2010: 92-93). Selain itu perlu diketahui pula bahwa KAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal).
KAMMI senantiasa melakukan perbaikan terhadap dirinya agar menjadi organisasi yang ideal, mapan dan mampu memberikan kontribusi lebih terhadap perbaikan bangsa Indonesia. Bagi Alamsyah Saragih (Ketua Komisi Informasi Pusat) menyatakan bahwa KAMMI nampaknya sedang bereksplorasi, karena KAMMI mencoba untuk masuk ke semua lini.
Organisasi yang ideal adalah yang mampu mengembangkan dirinya menjadi suatu lembaga yang tampil dengan segala kemampuan dan kredibilitasnya. Dengan demikian ia dapat memainkan peranan yang signifikan dalam da‟wah di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus memiliki posisi yang strategis dan taktis dalam kaitannya dengan penentuan arah dan kebajikan pemerintahan. Untuk itu, organisasi patut mengembangkan diri dalam hal optimalisasi fungsinya, sebagai berikut (Tim Bidang PSDM: 76):
a. Melayani dan melindungi kebutuhan dan kepentingan umat.
b. Menyebarkan fikroh dan informasi.
c. Membangun opini yang terkait dengan kepentingan da‟wah.
d. Mengembangkan kemampuan SDM da‟wah.
e. Mencetak figur-figur massa untuk kepentingan sosialisasi pesan dan nilai-nilai Islam ke masyarakat luas.
f. Membuka peluang pekerjaan bagi para aktivis da‟wah dan masyarakat sekitar.
- 7
g. Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi pemikiran dan pengaruhnya bagi kepentingan da‟wah.
h. Menjadi rujukan masyarakat dalam bidang kompetensinya.
i. Membangun jaringan kerjasama dengan lembaga lain.
j. Menjadi komponen penekan yang efektif bagi para pengambil kebijakan pemerintahan.
Selain mengoptimalisasi fungsi organisasinya, menurut Rijalul Imam dalam tulisannya yang berjudul “Meretas Politik Peradaban”, bahwa KAMMI juga harus mampu membangun tradisi pada personal kadernya berupa trend gerakan berikut:
a. Trend kader KAMMI berbasis Riset
Kader KAMMI harus membiasakan diri melakukan riset. Kunci pertama riset adalah membaca secara mendalam dan terjun ke lapangan mendalami persoalan hingga tuntas. Kunci kedua adalah merekam jejak riset itu secara tertulis dalam database. Lalu, kunci ketiga adalah interpretasi data secara kritis-objektif dan terkadang intuitif. Di sini membaca, terjun ke lapangan, dan menganalisa harus menjadi budaya kader.
b. Trend kader KAMMI berbasis Kompetensi
Secara personal, kader KAMMI harus bias mempertanggungjawabkan spesialisasinya di public. Kader KAMMI harus dikenal sebagai pakar di bidangnya, sekalipun ia masih kuliah atau sudah alumni. Dan kader KAMMI harus up-date dengan kebijakan pemerintah dan tren global yang terkait dengan bidangnya. Secara organisasional, kader KAMMI harus mengambil inisiatif membangun aliansi dengan masyarakat berbasis kompetensi/ kelompok epistemic dalam rangka mendalami kompetensinya dan menyalurkan bakatnya, bahkan mengadvokasi sesuai kapasitas kepakarannya.
c. Trend kader KAMMI berbasis Enterpreneur
Secara personal, kader KAMMI harus memiliki usaha baik sebagai sumber ma‟isyahnya maupun sebagai pendapatan tambahan. Usaha yang dibangun sebaiknya dijalankan secara team work, mendayagunakan tenaga/ modal orang lain. Hal ini melatih kapasitas kepemimpinan kader, mengasah intuisi, mengelola konflik, dan lain-lain. Hal ini semua diawali dengan membangun mental dan wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur berarti menjadikan diri kader sebagai orang visioner, mandiri, bertanggungjawab, siap
- 8
menghadapi resiko, maupun kerja sama, cepat mengambil peluang, kreatif menciptakan program dan inovatif memberikan solusi.
Dengan paparan diatas diharapkan setiap pembaca memahami alur berfikir penulis. Untuk membentuk basis sosial, basis operasional, basis konseptor, dan basis pengambil kebijakan (ideolog) maka KAMMI UPI harus memperbaiki pola kaderisasinya secara intensif.
Selanjutnya penulis menawarkan sebuah gagasan untuk membangun KAMMI UPI yang SKSD (Solid, Kreatif, Solutif, Dinamis) dan menjadi komisariat percontohan di Bandung. Penulis meyakini bahwa untuk mengoptimalkan fungsi organisasi maka diperlukan soliditas, kreatifitas, dinamisasi, dan ide-ide solutif dari kader-kadernya. Selain itu, penulis sependapat dengan Rijalul Imam bahwa secara personal kader KAMMI pun harus melakukan trend-trend gerakan yang berbasis riset, kompetensi dan entrepreneur, sebagaimana telah dipaparkan diatas. Dan untuk mewujudkan gagasan kecil ini penulis telah menulisakannya dalam 8 point misi diatas yang nantinya akan diejawantahkan dalam bentuk program kerja. Terimakasih
------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, A. (2010). Ijtihad Membangun Basis Gerakan. (Abdurrahim, & S. Kadir, Eds.) Jakarta: Muda Cendekia.
Hilal, S. (2003). Gerakan Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Tarbiatuna
Tim Bidang PSDM. (2003). Mobilitas Kader Da’wah; Arah Kebijakan Da’wah dalam Pemberdayaan SDM. Jakarta: DPP PKS.
Rijalul Imam. (---). Meretas Politik Peradaban. Jurnal Muslim Negarawan.
- 9
------------------------------------------
Format Kaderisasi KAMMI
|
|||||
|
|||||
Muslim negarawan |
|||||
Mahasiswa muslim | Mentoring Klasikal |
||||
|
|||||
|
Leadership skill
|
Regenerasi
|
Spiritual
|
Teamwork
|
Kredibilitas Moral
|
Professional
|
Mandiri
|
|
Minggu, 29 Juni 2014
Sepuluh Fiqih Landasan Pengambilan Kebijakan Gerakan
Menyiapkan momentum merupakan buku pergerakan yang ringan di cerna pemaparannya dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi seorang aktifis pergerakan pemula terutama yang ingin mempelajari dan memahami harakoh-harokah islam. Terutama bagi diri saya pribadi yang di bilang masih awam dan masih mencari jati diri yang sehingga masih mencari-cari harokah islam yang sesuai dengan pemahaman keilmuan dan keislaman saya. Dan lewat buku Menyiapkan Momentum karya Rijalul Imam inilah sedikit demi sedikit saya menemukan pergerakan yang in syaa Allah tepat dengan keilmuan saya. Wallahu ‘alam
Pada bagian ini, saya ingin mengupas sedikit buku Menyiapkan Momentum pada bagian sepuluh fiqih landasan pengambilan keputusan gerakan. Pertama, Fiqih Ahkam. Fiqih ini merupakan hal pertama yang harus di kuasi oleh kader dan pemimpinnya, yaitu mengenai masalah hukum halal dan haramnya sebuah perkara. Karena tanpa menguasai fiqih ini maka gerakan mahasiswa akan terjebak pada pragmatisme. Kedua, Fiqih Dakwah. Pemberian materi-materi dakwah harus disesuaikan dengan keadaan kadernya, karena setiap kader memiliki tingkat intelektualitas yang berbeda-beda sehingga gerakan mahasiswa harus menyusun langkah strategis untuk memberikan pemahaman dakwah yang benar kepada setiap kadernya. Dakwah yang benar dan betul adalah dakwah yang bertahap mengikuti situasi dan kondisi mad’u dimana tahapan tersebut secara umunya dapat di bagi menjadi tiga tahap yaitu tahap penerangan (ta’rif), tahap pembinaan (takwin), dan tahap pelaksanaan (tanfidz). Ketiga, Fiqih Muwazzanah. Fiqih pertimbangan (muwazzanah) perlu di miliki oleh gerakan mahasiswa yaitu untuk mengukur persoalan dalam kerangka kemaslahatan. Keempat, Fiqih Aulawiyat (Prioritas). Pergerakan mahasiswa harus memiliki prioritas dalam beramal, sebab tidak semua dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan dengan sumber daya yang terbatas.
Selanjutnya, kelima, Fiqih Sunnah. Fiqih sunnah berupa sunnah kauniyah atau hukum alam. Urgensi fiqih sunnah bagi gerakan mahasiswa adalah untuk membangun kesadaran zeit geits (jiwa zaman) terhadap apa yang tengah terjadi, sehingga gerakan mahasiswa bisa menyikapi dan memanfaatkan persoalan dengan tepat. Keenam, Fiqih Taghyir (Fiqih Perubahan). Kebijakan gerakan harus disertai dengan kesadaran adanya perubahan. Ketujuh, Fiqih Sirah (Fiqih Sejarah). Sejarah dapat membantu untuk pengambilan kebijakan gerakan dan mampu meminimalisir kesalahan langkah dengan sebelumnya melihat sejarah langkah gerakan sebelumnya.
Kedelapan, Fiqih Waqi (Pemahaman Realitas). Mungkin pada bagian inilah saya pribadi memantapkan pemikiran saya yang selama ini berkutat untuk memahami berbagai pergerakan mahasiswa yang ada. Gerakan dakwah mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi biasanya kesulitan berinteraksi dengan realitas lapangan. Hal ini disebabkan kekurangakraban gerakan dengan kenyataan hidup. Di lapangan, kenyataan hidup akan ditemukan kendala-kendala, pilihan-pilihan, yang semuanya tidak dapat dihukumi secara hitam putih. Seperti masalah pilihan demokrasi sebagai bagian dari strategi perjuangan. Terdapat gerakan islam mengharamkannya, tapi ketika tidak ditemukan cara lain untuk memperjuangkan syariat islam secara aman, alih-alih demokrasi menjadi halal. Akibatnya masyarakat pun menilai gerakan tersebut tidak konsisten dan di cap pragmatis. Oleh karena itu, menghukumi suatu sistem tidak cukup sekedar dilihat dari teks dan konsepnya tapi harus dilihat juga konteks dan realitasnya. Kekakuan ideologis sebuah gerakan Islam terkadang menyebabkan ketegangan sosial. Al-Qur’an memberi panduan yang cukup hati-hati dan realistik ketika memisahkan problem aqidah dengan realitas ijtima’i. Dalam masalah aqidah, Allah sudah tegas menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 1-6. Sedangkan dalam masalah sosial, kita diminta untuk menyikapinya dengan realistis seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 108.
Kesembilan, Fiqih ‘Amal Jama’i. Sebagai gerakan yang bertujuan menegakkan kebenaran dan keadilan, seyogyanya mampu bersama-sama berjuang agar tujuan perjuangan akan lebih mudah dan lebih cepat untuk digapainya. Dan terakhir, kesepuluh, Fiqih Ikhtilaf. Dalam bekerjasama akan terdapat perbedaan-perbedaan baik dari internal maupun dari eksternal. Namun sebagai gerakan harus memiliki sikap yang arif dan bijaksana sehingga akan menimbulkan kemashalatan bagi pergerakan dakwahnya.
Kesepuluh fiqih tersebut harus mampu terintegritas di dalam gerakan mahasiswa agar mampu mengambil kebijakan dengan tepat dan bijaksana. Semakin lincah sebuah gerakan menerapkan kaidah-kaidah fiqih tersebut, semakin lincah pula gerakan menyikapi persoalan yang dihadapi. Gerakan mahasiswa islam harus berlandaskan pada kaidah ilmiah. Prinsipnya berilmu amaliyah dan beramal ilmiah.
Kamis, 26 Juni 2014
"Luka" harus segera disembuhkan [Kinetika Hati]
JIka itu luka secara fisik lantas bagaimana jika luka itu adalah luka secara batin? atau luka ini lebih sering dikenal dengan sebutan sakit hati. Pasti akan banyak sekali yang bilang bahwa luka ini adalah luka yang sangat sulit untuk disembuhkan, luka yang sulit untuk ditutup bahkan kita bangga dengan "penyakit" ini dan membiarkannya lama menganga. Terkadang kita mengakui bahwa kita sulit untuk sembuh dari "luka". Namun kita menyadari secara pasti dengan akal kita bahwa menyimpan "luka" itu adalah suatu hal yang salah. Namun apadaya bisa jadi kita kalah dengan rasa egois kita ataukah mungkin kita kalah dengan luka yang mulai terkena "infeksi" sehingga kita lebih "bahagia" menaruh luka dan merawatnya hingga "virus" itu datang dan mampu "mematikan" hati kita.
Tak ada seorang pun yang menginginkan sakit hati, saya yakin semua akan berdalih sama namun saya yakin tak ada satu orangpun yang belum pernah merasakan "luka" semacam ini bahkan ada yang setiap hari merasakannya. Namun tidak ada luka yang tak mampu disembuhkan.
Pada dasarnya sama saja ketika kita terluka fisik maka kita bergegas untuk mengobatinya, maka luka hatipun haruslah sama diawali dengan diri kita yang punya tekad untuk bergegas menyembuhkannya. Satu hal yang harus ditekankan adalah TEKAD kita yang sungguh-sungguh. Dalam proses ini kita harus mengikuti suatu mekanisme yang baik. Mekanisme yang harus dilakukan yaitu kita harus melawan bisikan syetan yang ingin tetap membiarkan luka ini terus terbuka.
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari jin dan manusia’.” (QS. An-Nas: 1-6)
1. Mengingat Kekasih yang paling Mulia
Dalam mengatasi setiap problematika yang menyangkut hati maka Allah memberikan fasilitas yaitu berdzikir kepadaNya.
2. Mengingat Kebaikan dan berhusnudzon pada saudara kita
Masalah hati tak lepas dengan masalah antar manusia bahkan dengan saudara seiman baik itu keluarga, kerabat maupun sahabat.
Jika kita tetap membiarkan luka kita tanpa bertekad bergegas menutupnya maka luka itu akan menghasilkan penyakit baru. "Penyakit Hati" seperti dendam, dengki, kebenciaan, berprasangka buruk (suudzon), memaki-maki bahkan mendoakan yang buruk untuk saudara kita. Nauuzubillahimindzalik,,,jika kita pernah berbuat seperti itu perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan pada Allah atas perbuatan dan ucapan yang salah itu.
Maka obat selanjutnya adalah mengingat-ngingat semua kebaikan saudara kita dari yang terbesar sampai kebaikan yang terkecil. Jika biasanya kita membesar-besarkan masalah yang kecil. Maka kali ini kita harus membesar-besarkan kebaikan yang kecil dan mengecilkan kesalahan saudara kita. Masalah kesalahan dan dosa biarlah menjadi urusanNya. Kita tidak berhak menghakimi manusia diluar yang telah ditentukan oleh hukumNya.
Dengan begitu biasanya kita akan menyadari bahwa kesalahan saudara kita jauh lebih sedikit dibanding kebaikannya, maka kesalahan itu akan samar-samar terlihat dan tertimbun oleh kebaikan-kebaikan saudara kita.
Ada peribahasa yang mengatakan "lidah lebih tajam dari pedang" dan pada dasarnya rasa sakit hati biasanya muncul dari luka yang disayat oleh "lidah". Perkataan saudara kita yang pada awalnya kita "mengira" itu adalah suatu perkataan yang menyakitkan maka kita ubah itu menjadi suatu "kritik" yang membangun, memotivasi, menjadi bahan introspeksi (muhasabah) bahkan jadikan inspirasi. Bila perlu kita pajang kata-kata kritikan itu untuk menjadi inspirasi di setiap hari sehingga kita lebih sering bermuhasabah diri daripada memaki-maki atau "ngedumel" perkataan saudara kita. Berhusnudzon pada saudara kita, bahwa perkataan tersebut adalah tanda kasih sayang saudara kita dalam bentuk mengingatkan.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)
Mari kita berprasangka baik pada saudara kita yang memang sangat hobi mengkritik diri kita hingga kadang membuat kita jengkel atau sakit hati. Mulai merubah paradigma itu dan jadikan perkataan saudara kita itu merupakan niatan baiknya untuk selalu mengingatkan kita.
3. Bersabar, Tegar dan Bijak
Bagi aktivis ketiga hal ini pastilah sering kita ungkapkan. Sebatas diungkapkan dan lupa mengaplikasikannya dalam keseharian apalagi saat tertimpa masalah. Lupa melatihnya. Tentu saja hanya orang-orang tertentu yang mampu mengaplikasikan ini. Orang-orang yang memang terlalu sering menghadapi masalah. Karena ada dua pilihan dalam menghadapi masalah yaitu lari atau hadapi. Orang yang lari dari masalah maka dia akan menjauh dari masalah bisa dengan mengasingkan diri dan keluar dari komunitasnya secara permanen, atau yang lebih parah gangguang jiwa bahkan bunuh diri. Orang yang menghadapi masalah dia akan berusaha menyelesaikannya, mencari solusinya dan dia akan mampu melewati masalah tersebut. Memang terkadang bagi beberapa orang butuh menyendiri untuk menenangkan diri namun orang yang survive dengan masalah dia akan bergegas menyembuhkan dirinya dan segera menyelesaikan masalahnya.
Orang yang terlalu sering menghadapi masalah atau ujian dari ujian kecil hingga besar dan dia selalu menyelesaikan masalahnya hingga ke level tertinggi itulah orang yang terus melatih kesabaran, ketegaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi suatu masalah. Orang yang tertimpa ujian dan orang yang melihat ujian tersebut akan memiliki persfektif yang berbeda dalam menanggapi ujian tersebut. Bagi yang tertimpa dia akan memaknai setiap"komponen" masalahnya dan bagi yang melihat dia hanya akan memaknai sebagian "komponen" saja. Sehingga orang yang melihat akan mempelajari sebagian saja dari yang mengalami. Maka pepatah "Learning by doing" itu sejalan dengan cara kita menyelesaikan dan memaknai suatu masalah.
Orang yang pernah mengalami masalah yang lebih besar akan cenderung lebih memahami dengan masalah yang lebih kecil dalam skalanya.
Maka biasanya dia akan lebih bijaksana dalam menghadapi masalah lain yang menimpanya.
Karena dia terus dilatih dengan ujian. Maka Allah pun tidak salah terus melatih hambaNya yang Dia cintai agar bisa bersabar, tegar dan bijak.
"Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan
benar- benar Allah mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui
pula orang- orang yang dusta." Al-Ankabut : (29 ayat 2-3)
Sahabat Rasul Ali bin Abi Tholib mengatakan
“Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran"
dalam firman-Nya. Allah berjanji :“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10)
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan" (Ali Imran: 186)
Itulah Tiga mekanisme untuk mengontrol "kinetika" hati.
Lantas masihkah kita mengeluh dengan masalah yang kita hadapi? Masihkan kita menyimpan setitik kebencian pada kelalaian lidah atau perbuatan saudara kita yang masih bisa kita selesaikan dengan cara yang baik? Atau masihkan kita angkuh dengan diri kita?
Allah sungguh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tak ada satupun penyakit yang tak mampu disembuhkan kecuali penyakit tua dan kematian. Begitupun penyakit hati. Maka niatkan, tegaskan dalam hati bahwa kita akan bergegas menyembuhkan luka hati ketika muncul dan tidak akan mebiarkannya menganga bahkan terinfeksi. Karena yang akan menginfeksinya adalah virus yang paling ganas yaitu makhluk paling jahanam yaitu Syetan.
Mari selamatkan hati kita. Kebahagiaan itu ketika Iman dan Ukhuwah terjaga. "Mengalahlah" untuk menang. Menang dari syetan yang mengingingkan kita kalah dengan rasa benci dan dendam.
Dalam lagunya Opick
Obat hati ada 5 perkara : 1. Baca quran & maknanya, 2. Sholat malam dirikanlah, 3. Bertemanlah dengan orang sholeh, 4. Perbanyaklah berpuasa, 5. Perbanyaklah bersedekah.
walahuallam bissawab