Oleh: Putri
Wuladari
(mahasiswa Pendidikan Teknik Agroindustry, 2011)
“Hari ini adalah hari yang sangat bergejolak.
Bergejolak dengan tingkah yang kian membuncah. Aku fikir aku dapat melakukan
hal serupa dengan orang-orang dzalim di sekitarku, tapi aku tak mampu. Allah
masih melindungku.”
(kata seorang ikhwan disampingku saat 14 Februari
2014 kemarin).
Ungkapan diatas terjadi hari Jumat kemarin, yang
bertepatan dengan hari Tutup Aurat sedunia. Sungguh miris rasanya, melihat
saudari-saudari kita yang terjebak di hari itu. Terjebak tentang
ketidaktahuannya mengenai makna hari itu. Makna tentang aurat dan kain yang
yang digunakan untuk membalutnya, yaitu jilbab.
Hijab, sebuah kata asing yang menggambarkan sebuah
kehormatan seorang wanita. Dimana hijab
atau kerudung adalah sebuah identitas bagi wanita muslim. Ada yang berkata
hijab dan akhlak atau perilaku adalah saling berhubungan. Dengan kata lain,
seorang enggan berhijab karena perilakuknya masih dipermaslahkan. Perlu
diketahui, bahwa jilbab dan akhlak adalah dua hal yang berebda. Berjilbab itu
murni perintah Allah, dan itu wajib untuk wanita muslim yang telah baligh tanpa
memandang akhlaknya baik atau buruk. Dan perintah itu sudah ada dalam Al-Quran
surat An-Nur: 31 dan Q.S Al-Ahzab ayat 59. (silakan baca sendiri ya ^^). Dan ahlak adalah budi pekerti yang bergantung
pada pribadi masing-masing. Jikapun seorang berjilbab, tapi melakukan hal-hal
tercela dan melakukan maskisat, hal itu adalah akhlaknya yang salah, bukan
jilbabnya. So, mulailah dengan memperbaiki akhlak itu beriringan dengan balutan
jilbab yang kita kenakan. Karena itu sebaik-baik kita bersikap.
0 komentar:
Posting Komentar