Karya : Fajar Romadhon
(Staf Departemen Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat PK KAMMI UPI 2013)
68
tahun refleksi kemerdekaan Indonesia. Indonesia berada dalam keterpurukan dan
suasana pekat yang mencekam. Berbagai problematika bangsa ini yang tak kunjung
usai dan semakin bertambah banyak, hanya akan menjadi bumbu yang akan
menjatuhkan Indonesia pada jurang kehinaan. Negeri ini menangis, merindukan
kembali Indonesia yang indah dan elok. Jiwa-jiwa yang berserakan itu belum
sadar kalau negeri ini sedang membutuhkan uluran tangannya. Memang benar adanya
kalau Anis Matta pernah mengatakan Indonesia ini tidak akan berdiri hanya
dengan darah satu orang, hanya dengan keringat satu orang, hanya dengan air
mata satu orang, hanya dengan ide satu orang. Oleh karena itu Indonesia masa
depan tidak membutuhkan satu orang presiden, tapi membutuhkan sebuah tim
impian.
Hampir
setiap hari di Indonesia ada pemberitaan tentang kasus kriminalitas,
pembunuhan, pemerkosaan, tawuran, free sex, korupsi dan sebagainya. Belum lagi
kekayaan alam bangsa ini, yang sebagian besarnya dikuasai oleh
korporasi-korporasi asing. Negeri ini memang kaya, namun masih bisa dibodohi.
Indonesia ini butuh tangan-tangan kreatif untuk menyulap dan mengoptimalkan
kekayaan Indonesia menjadi hal yang produktif dan bermanfaat.
Sederet
masalah-masalah tadi, semuanya itu adalah imbas dari kurangnya pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat mengalami degradasi
moral di berbagai aspek kehidupan. Degradasi moral menjadi masalah serius yang
harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menjadi solusi yang tepat atas degradasi
moral ini, adalah dengan benahi sistem pendidikan di Indonesia. Pemerataan
pendidikan harus ada di Negeri ini. Sehingga setiap strata masyarakat dapat mengenyam
pendidikan dengan mudah. Pendidikan bukan hanya menjadikan seseorang cerdas
intelektualnya lebih dari pada itu pendidikan harus bisa menjadikan pribadi
seseorang yang berkarakter dan beradab.
Sungguh
miris ketika melihat kondisi pemuda Indonesia sekarang. Seakan-akan gelora
kepemudaannya hilang tersapu oleh arus zaman. Seakan-akan ada kabut yang
menutupi, sehingga pemuda lupa akan sejarah dan peranan gemilangnya. Pemuda
adalah pewaris peradaban dan pemimpin masa depan. Masa depan bangsa ini
ditentukan oleh para pemudanya. Hasan Al-Banna pernah berkata,
"di setiap
kebangkitan, pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran, pemudalah pengibar
panji-panjinya".
Dalam sejarahnya banyak para pemuda yang andil dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia ini. Pemuda sekarang harus mengetahui sejarah
gemilangnya, dan kembali memulai untuk berkarya demi mengharumkan bangsanya.
Ada sebuah buku dengan judul menagih kiprah pemuda, judul ini nampak menuntut
sebuah eksistensi, meminta sebuah relisasi dan menginginkan pembuktian peran
pemuda. Peran pemuda sebagai agent of change, iron stock dan social control
harus bisa terinternalisasi dalam jiwa pemuda untuk direalisasikan. Pemuda
harus bangkit dari keterpurukan, tidak lagi menutup mata atas masalah-masalah
yang ada di Indonesia ini. Maka yang harus dilakukan pemuda adalah bersatu,
bergerak dan berkarya untuk tuntaskan perubahan di Indonesia. Ada sebuah
ungkapan yang mengatakan,
“jangan kau tanyakan apa yang akan Indonesia berikan
padamu, tapi tanyalah apa yang akan kau berikan untuk Indonesia”
Jiwa-jiwa
yang berserakan itu adalah para pemuda, maka bersatulah. Tangan-tangan kreatif
itu adalah para pemuda, maka berkaryalah. Tunas-tunas bangsa itu adalah para
pemuda, maka pimpinlah Indonesia dengan baik. Kini Indonesia memanggil dan
menagih kiprahmu wahai pemuda.
Mengapa
harus pemuda? Karena dibalik rahasia kebangkitan, kuncinya adalah para pemuda.
Dan yang dapat menyelesaikan problematika ini adalah para pemuda. Pemuda
memiliki empat kekuatan yang tidak dimiliki siapapun keculai oleh para pemuda itu sendiri.
Pertama idealisme, pemuda dalam mengaplikasikan ide-idenya senantiasa didrive
oleh nilai-nilai moral yang bersumber dari agama atau kultur masyarakatnya.
Bukan keuntungan dan jabatan yang dicari, namun terealisasinya ide-ide itulah
yang menjadi harapannya.
Kedua intelektual, masa muda senantiasa
ditandai dengan gaya berfikir yang argumentatif-ilmiah dan mengukur segala
sesuatunya dengan logis-empiris.
Ketiga sikap kritis dan kepekaan
sosial, pemuda tidak hanya menonjolkan ranah pemikirannya, tapi pemikiran yang
benar itu terejawantahkan dalam kepekaan terhadap sosialnya. Dan akan ada sikap
perlawanan dari para pemuda, jika ada siapapun yang akan menghalangi pergerakan
pemuda dalam merealisasikan cita-citanya.
Keempat keberanian, dalam
merealisasikan ide-idenya pemuda memiliki keberanian dalam menanggung setiap
risiko yang akan dihadapinya. Dan pada titik inilah terakumulasi antara
keberanian, kecerdasan dan kebenaran.
Bangkitlah wahai pemuda, harapan itu
masih ada. Buatlah Indonesia kembali tersenyum bahagia. Merdeka pemuda
Indonesia.
Wallahu’alam
editor:
Maya Kusdiantini
0 komentar:
Posting Komentar